Presiden Rusia, Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang telah ditengahi oleh Jerman dan Prancis dan mempertimbangkan pemberian status khusus dalam negara Ukraina kepada Republik Donetsk dan Lugansk. Kremlin juga menuduh Ukraina mendiskriminasi etnis minoritas berbahasa Rusia.
Bekas wilayah Kherson dan Zaporozhye di Ukraina, yang direbut oleh pasukan Rusia, serta Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, dimasukkan ke dalam Rusia pada awal Oktober.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Ini didahului oleh referendum yang diadakan di wilayah tersebut, di mana menurut otoritas lokal, sebagian besar pemilih lebih suka bergabung dengan Rusia.
Pada akhir September, hampir tujuh bulan setelah 'operasi militer khusus' Moskow, Putin mendeklarasikan 'mobilisasi parsial' di negara tersebut.
Mengomentari hasilnya, Shoigu mengatakan pada hari Rabu bahwa lebih dari 300.000 cadangan telah dilatih di Rusia dan Belarusia selama dua bulan terakhir dengan bantuan 3.000 instruktur.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Menteri juga mengungkapkan bahwa lebih dari 8.000 awak telah disiapkan untuk tank, kendaraan tempur infanteri, sistem artileri, pertahanan udara serta unit drone dan peperangan elektronik.(jef)
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.