WahanaNews.co, Jakarta - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, akan memaksa warga Israel dari kelompok Yahudi ultra-ortodoks untuk ikut berperang di Jalur Gaza.
Pernyataan Netanyahu pada Kamis (1/2/2024) tersebut mencuat di saat koalisi dengan partai Yahudi ultra-ortodoks di pemerintahan terancam pecah.
Baca Juga:
Gaza Kembali Membara, Jurnalis Terbakar Hidup-hidup Akibat Serangan Udara Israel
"Kami berencana untuk mewajibkan orang-orang ultra-ortodoks bergabung di IDF (militer Israel) dan pegawai sipil nasional. Kami juga tengah melakukan cara untuk mengenai rencana itu," tutur Netanyahu seperti dikiutip dari Reuters.
Rencana Netanyahu itu pun bertolak belakang dengan putusan Mahkamah Agung Israel sejak 2018 yang mengecualikan warga ultra-ortodoks Israel dari wajib militer.
Netanyahu kemudian menyebut alasannya mewajibkan warga ultra-ortodoks gabung militer. Ia menyatakan agar beban tugas militer bisa dirasakan oleh semua rakyat Israel selama agresi negara itu ke Palestina.
Baca Juga:
Rafah Hancur, Israel Ratakan 90 Persen Kota dan Hancurkan Infrastruktur Vital
Sebelumnya, parlemen Israel gagal mengeluarkan peraturan baru yang diusulkan kabinet perang Netanyahu itu. Di sisi lain, penangguhan wajib militer bagi warga ultra-ortodoks berakhir Maret ini.
Partai-partai ultra-ortodoks selama ini membantu Netanyahu mendapat suara mayoritas di parlemen bersama partai-partai sayap kanan.
Sebagai imbalan atas dukungannya, warga ultra-ortodoks ditangguhkan dari wajib militer hingga Maret 2024. Namun, Netanyahu tak mau memperpanjang masa penangguhan tersebut sehingga memunculkan ancaman perpecahan di dalam koalisi pemerintahan.