Netanyahu tampaknya menyikapi langkah yang akan diambil menteri pertahanannya untuk memveto kelanjutan undang-undang pengecualian wajib militer terebut, kecuali tercapai kesepakatan yang membuka jalan wamil bagi ultra-ortodoks.
"Kami mengakui dan mendukung mereka (ultra-ortodoks) yang mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari Kitab Suci Yahudi. Namun tanpa eksistensi fisik, tidak ada eksistensi spiritual," kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Ultra-ortodoks sendiri merupakan warga kelas agamawan Israel yang difokuskan khusus urusan agama sehingga dikecualikan dari wajib militer.
Pengecualian tersebut sebenarnya menjadi sumber friksi dengan warga sekuler di Israel sejak lama.
Kaum ultra-Ortodoks mengklaim hak untuk belajar di pendidikan khusus agama ketimbang bertugas di militer selama tiga tahun wamil atau menjadi pegawai negeri sipil.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
Beberapa orang mengatakan gaya hidup religius mereka akan bertentangan dengan kebiasaan militer, sementara yang lain menyuarakan penolakan ideologis terhadap negara liberal.
[Redaktur: Sandy]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.