WahanaNews.co | Invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina membuat banyak negara menjatuhkan sanksi pada negara yang dipimpin Vladimir Putin itu.
Salah satu sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia ialah penangguhan penerbangan.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Meskipun banyak negara telah memutuskan untuk melakukan penangguhan penerbangan, Emirates melakukan hal yang berbeda.
Hingga saat ini, Emirates masih melakukan perizinan penerbangannya ke Rusia.
Diketahui dari laman simpleflying, Emirates mengumumkan bahwa pihaknya tidak berniat untuk menangguhkan penerbangan.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Penerbangan yang masih dilakukan hingga saat ini berlangsung antara Dubai ke Moskow.
Tak hanya itu, pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) juga telah menjelaskan bawa mereka menolak untuk memihak antara sekutu Barat atau Rusia.
Sehingga UEA tidak akan menjatuhkan sanksi global kepada Rusia atas invasi yang dilakukannya ke Ukraina semenjak bulan 24 Februari lalu litu.
Hingga saat ini, Emirates telah melayani penerbangan ke Moskow sebanyak dua kali dari Dubai.
Yang mana diketahui tiket penerbangan tetap dijual di website maskapai, bahkan juga diperkirakan tidak akan hilang dalam waktu yang dekat.
Kedua penerbangan tersebut adalah:
- Penerbangan EK133, berangkat dari Dubai ke Moskow dengan waktu mengudara 5 jam 15 menit. Penerbangan ini dioperasikan oleh Airbus 1380-800.
Kemudian perjalanan kembali EK134, berangkat dari Moskow ke Dubai.
- Penerbangan EK131, berangkat dari Dubai ke Moskow dengan waktu mengudara 5 jam 15 menit. Penerbangan ini dioperasikan oleh pesawat Boeing 777-300ER.
Kemudian perjalanan kembali EK132, berangkat dari Moskow ke Dubai.
Dikutip dari laman gulfnews, saat ini Emirates menerbangkan barang-barang kemanusiaan, pekerja LSM, dan juga diplomat.
Perjalanan ini membuatnya keluar-masuk ke dalam wilayah udara milik Rusia.
Terkait hal ini, Presiden Tim Clark menjelaskan bahwa perusahaan akan mampu mengelola harga minyak yang saat ini tinggi.
Tingginya harga minyak tentunya akan mempengaruhi kemampuan maskapai untuk menerbangkan pesawat yang lebih besar seperti Airbus A380.
Dalam hal ini, Clark menjelaskan bahwa pihaknya menghilangkan semua keraguan terkait hal tersebut.
"Selama kami memilikinya dan sebelum pandemi, mereka telah menghasilkan sekitar 80 persen dari keuntungan kami," ujarnya. [qnt]