WahanaNews.co | Pemerintah India berencana menggelar Hari Peluk Sapi bertepatan dengan Hari Valentine yang jatuh pada 14 Februari besok.
Tapi rencana tersebut buyar lantaran telanjur dicemooh netizen.
Baca Juga:
Sosok Sheikh Hasina, PM Bangladesh Kabur ke India yang Mundur-Kabur karena Demo
Sapi telah dianggap suci oleh mayoritas penduduk Hindu di India selama berabad-abad. Sapi dianggap sebagai simbol bumi dan dewa.
Begitu dihormatinya hewan tersebut, Dewan Kesejahteraan Hewan India sampai berencana mengubah nama Hari Valentine menjadi 'Hari Peluk Sapi'. Dengan memeluk sapi, kekayaan emosional warga India diharapkan bisa meningkat.
Dewan Kesejahteraan Hewan India juga menyebut sapi sebagai tulang punggung budaya India dan ekonomi pedesaan.
Baca Juga:
PM Bangladesh Undur Diri, Hasina Mengungsi ke India
"Sapi adalah pemberi segalanya, menyediakan kekayaan bagi umat manusia karena sifatnya yang bergizi," kata lembaga tersebut, dikutip CNN, Minggu (12/2).
Lebih lanjut, dorongan untuk memeluk sapi disebut merupakan bagian dari upaya untuk mempromosikan Veda atau tradisi suci Hindu yang diklaim telah terkikis oleh pengaruh Barat.
Mengutip CNN Indonesia, langkah tersebut tampaknya menjadi bumerang dan terancam ditinggalkan setelah memicu banyak meme di internet, kartun, dan lelucon oleh pembawa acara TV tentang pentingnya persetujuan atas rencana memeluk sapi. Salah satu pembaca berita NDTV bahkan memeluk beberapa ekor sapi, yang tampaknya marah akan rayuannya tersebut.
"Persetujuan itu penting," canda pembawa berita tersebut selama segmen tersebut.
Setelah mendapatkan berbagai ejekan, rencana itu bahkan tampaknya telah dibatalkan.
Ini bukan pertama kalinya pemerintah India membuat kegemparan dengan kebijakan terhadap sapi. Orang yang membunuh atau memakan sapi dianggap berdosa oleh banyak umat Hindu, yang merupakan sekitar 80 persen dari 1,3 miliar penduduk India.
Penjualan dan penyembelihan hewan dilarang di sebagian besar negara dan hewan sering dibiarkan berkeliaran bebas di jalan-jalan dan terlihat kurus kering, di mana pengendara harus berhati-hati agar tidak menabrak mereka.
Menyusul naiknya Perdana Menteri Narendra Modi ke tampuk kekuasaan pada 2014 di tengah gelombang nasionalisme Hindu, sapi juga semakin dipolitisasi.
Partai Bharatiya Janata (BJP) Modi sangat selaras dengan tradisi Hindu konservatif dan para kritikus mengatakan pemujaan sapi telah digunakan sebagai alat untuk mengintimidasi, melecehkan, dan bahkan membunuh umat Islam, yang mereka tuduh dalam beberapa kasus tidak menghormati hewan.
Selama kampanye pemilihan Modi pada 2014, dia berjanji untuk mengakhiri 'revolusi merah jambu', ungkapan yang dia gunakan untuk menggambarkan penyembelihan ternak. Sementara anggota parlemen BJP lainnya telah mengambil satu langkah lebih jauh.
"Saya telah berjanji bahwa saya akan mematahkan tangan dan kaki mereka yang tidak menganggap sapi sebagai ibu mereka dan membunuh mereka," kata Vikram Saini, seorang legislator negara bagian Uttar Pradesh.
Pernyataan itu memicu protes di negara di mana kekerasan terhadap perempuan dan minoritas sering menjadi berita utama. Kritikus mengatakan ada standar ganda dalam pemerintah, dan berpendapat BJP tidak berbuat cukup untuk melindungi kelompok rentan.
Pada 2017, rangkaian foto dari fotografer dan aktivis Sujatro Ghosh yang menggambarkan perempuan India mengenakan topeng sapi menjadi viral di media sosial. Serangkaian gambar itu dimaksudkan untuk menggambarkan masyarakat di mana sapi lebih dihargai daripada wanita.
Sebelum kebijakan 'Hari Peluk Sapi' dibatalkan, anggota parlemen BJP Giriraj Singh mengatakan rencana itu merupakan keputusan yang sangat baik yang diambil pemerintah.
"Sapi harus dipeluk. Kita harus mencintai dan memeluk sapi itu," katanya. [eta/cnn indonesia]