WahanaNews.co | Presiden China, Xi Jinping, belajar satu hal besar dari keruntuhan Uni Soviet.
Pelajaran mahal itu adalah loyalitas kekuatan militer dalam pemerintahan komunis.
Baca Juga:
Prabowo Hadiri Pertemuan Bisnis dengan Sejumlah Pengusaha RRT
Ini terungkap dalam dokumenter yang disiarkan media pemerintah China CCTV dengan judul Pursuit of Light.
Dokumenter ini terinspirasi dari salah satu prinsip Xi Jinping, yakni "negara yang kuat harus memiliki militer yang kuat."
Dokumenter ini juga mengangkat keinginan Xi untuk mengembalikan "semangat pasukan merah" di militer China di tengah perubahan kondisi geopolitik.
Baca Juga:
Prabowo dan Presiden Xi Saksikan Penandatanganan Sejumlah Kesepakatan Kerja Sama Indonesia-Tiongkok
Xi diketahui mencoba menggabungkan Partai Komunis China (PKC) ke militer menggunakan filosofi "partai mengontrol senjata."
Seorang pengamat dalam dokumenter tersebut menilai kegagalan Uni Soviet menerapkan edukasi politik di dalam militernya menyebabkan keruntuhan negara itu.
"Sistem komando dari atas ke bawah dan terpadu adalah keharusan militer. Keputusan Partai Komunis Soviet untuk menghapus edukasi politik merupakan salah satu faktor kunci yang berujung pada keruntuhannya," kata pengamat militer Akademi Sains Militer (AMS) China, Jiang Tiejun, dikutip dari South China Morning Post.
"Pelajaran dari runtuhnya rezim Soviet dan partainya memperingatkan kami bahwa kepemimpinan mutlak partai terhadap militer merupakan isu fundamental, yang seharusnya diperkuat, bukan dilonggarkan," lanjutnya.
Sementara itu, pengamat politik yang berbasis di Chile, Chen Daoyin, berpendapat bahwa penting bagi partai komunis untuk menguasai militer suatu negara.
"Pelajaran yang diambil dari runtuhnya Uni Soviet adalah gerakannya untuk mengubah militer Soviet menjadi militer nasional, bukan militer partai," tutur Chen.
Xi “Gaungkan” Kesetiaan Militer
Sementara itu, sejak Xi menjabat pada 2012, ia berkali-kali menegaskan kepada militer China untuk pentingnya "waspada" dan "setia."
Namun, profesor ilmu politik di Universitas Shanghai, Ni Lexiong, menilai apapun yang dilakukan Xi dan PKC menunjukkan militer China masih kekurangan kesetiaan.
"Semua yang ditegaskan dan dipromosikan partai menunjukkan itu [militer] masih kekurangan [kesetiaan], mengingat partai menghadapi tekanan yang semakin meningkat dari masalah domestik yang muncul akibat pandemi dan tantangan global imbas perang di Ukraina," kata Ni.
"Desakan Xi untuk kesetiaan Tentara Pembebasan China [PLA] menunjukkan bahwa militer masih perlu meningkatkan moralitas mereka, yang terpengaruh akibat kampanye anti-korupsi Xi di militer dalam beberapa tahun terakhir," lanjutnya.
Kampanye tersebut menyingkirkan ratusan jenderal PLA, termasuk dua mantan Kepala Komisi Militer Pusat (CMC) dan beberapa jenderal top lainnya.
Sementara itu, pengamat lain dari AMS, Shen Zhihua, menilai kedudukan Xi saat ini sebagai sekretaris jenderal PKC dan kepala CMC merupakan langkah penting untuk meningkatkan kontrol PKC ke militer.
"Memegang dua posisi penting bakal memastikan PLA mengikuti partai selamanya," kata Shen. [gun]