WahanaNews.co | Melanjutkan apa yang sudah terjadi di tahun 2008, kepemimpinan
baru di Amerika Serikat menghadirkan wajah-wajah yang lebih mencerminkan
keberagaman negeri itu.
ass="MsoNormal">
Baca Juga:
Benarkah AS Tak Lagi Adidaya? Ini 3 Penyebab Runtuhnya Amerika Versi Warganya Sendiri
Wajah Baru Kepemimpinan AS
- Kamala
Harris menjadi perempuan keturunan Afrika dan Asia Selatan pertama yang menjadi
Wakil Presiden;
- Mantan Presiden AS, Donald Trump, meninggalkan Washington ke Florida sebelum upacara;
Baca Juga:
Teror Drone Kamikaze Guncang Pangkalan Irak, Siapa Dalangnya?
- Dalam
pidatonya, Presiden Biden menyerukan warga AS
mengesampingkan perbedaan mereka.
Presiden Joe Biden, saat dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-46,
bersumpah untuk mengakhiri "perang tidak beradab" di negeri yang
terbelah akibat babak belurnya ekonomi dan semakin parahnya pandemi Covid-19 tersebut.
Dalam tugas pertamanya sebagai Presiden, Biden menandatangani beberapa perintah eksekutif untuk
membatalkan keputusan yang sudah dibuat Presiden
sebelumnya, Donald Trump, di bidang imigrasi dan perubahan
iklim.
Di usianya yang ke-78, ia menjadi Presiden AS tertua, sekaligus Presiden
penganut agama Katolik kedua, setelah John F Kennedy di tahun 1961.
"Ini adalah hari Amerika,"
kata Biden, yang sebelumnya disumpah menggunakan Kitab Suci milik keluarga
mereka yang sudah berusia 127 tahun, di tangga Gedung
Capitol, Washington DC.
"Ini adalah hari demokrasi.
Sebuah hari penuh sejarah, harapan, pembaruan, dan penuh tekad," katanya.
Wakil Presiden Kamala Harris menjadi
warga kulit hitam keturunan Asia Selatan dan perempuan pertama yang menjadi Wakil Presiden AS.
Ia mengucapkan sumpah di depan Hakim
Mahkamah Agung, Sonia
Sotomayor, hakim agung pertama dari kalangan Amerika Latin, yang juga seorang
perempuan.
Hadir dalam upacara pelantikan
tersebut adalah para mantan Presiden, George W Bush, Barack Obama, dan Bill
Clinton, serta Wakil Presiden di bawah Donald Trump, Mike Pence.
Mantan Presiden AS, Donald Trump, tidak hadir dalam upacara tersebut,
dan keputusan ini menjadi pertama kalinya diambil seorang mantan Presiden AS dalam tradisi selama 150 terakhir.
Ia meninggalkan Gedung Putih untuk menghadiri acara perpisahan di Joint Base Andrews,
Maryland, sebelum terbang ke Florida.
Kemenangan dan Perjuangan Demokrasi
Berbeda dengan pelantikan Presiden Amerika sebelumnya, kali ini jalan-jalan di sekitar
pelantikan dipenuhi dengan 25 ribu tentara Garda Nasional, menyusul adanya
kerusuhan di Gedung Capitol, 6 Januari lalu.
"Amerika baru saja menghadapi
ujian dan Amerika berhasil mengatasi tantangan itu," kata Biden, dalam pidatonya.
"Hari ini kita merayakan
kemenangan, bukan kemenangan seorang calon, tetapi kemenangan sebuah
perjuangan, perjuangan demokrasi," imbuhnya.
"Keinginan rakyat sudah
disampaikan dan keinginan rakyatlah yang berhasil," tegasnya.
Ia juga menekankan berharganya
demokrasi dan bagaimana sistem tersebut "tetap hidup".
"Sekarang, di tempat
yang terhormat ini, di mana beberapa hari lalu kekerasan berusaha menghancurkan
dasar-dasar di Capitol, kita berkumpul bersama sebagai sebuah bangsa, tidak
terpecahkan melakukan pemindahan kekuasaan dengan damai, hal yang sudah kita
lakukan lebih dari dua abad," katanya.
Meminta Kesempatan pada Warga yang Tidak
Mendukungnya
Presiden Joe Biden juga menyerukan
agar warga Amerika menyelesaikan perbedaan mereka, dan mengatakan bahwa
"tanpa adanya persatuan, tidak akan ada perdamaian".
Ia menekankan akan berlaku jujur di
hadapan negara, karena berpandangan bahwa seorang
pemimpin memiliki tanggung jawab untuk "membela kebenaran dan mengalahkan
kebohongan".
Presiden Biden juga meminta pada pihak
yang tidak mendukungnya untuk memberikan kesempatan.
"Kita harus menghentikan perang
yang tidak benar ini, yang mempertentangkan merah (warna
Partai Republik) dan biru (warna Partai Demokrat), pedesaan melawan kota,
konservatif dengan liberal," katanya.
"Kita bisa melakukan ini, bila
kita mau membuka jiwa kita, dan bukannya memperkeras hati," tambahnya.
Dalam upacara pelantikan ini, beberapa bintang terkenal Amerika, di antaranya
Lady Gaga, Jennifer Lopez, dan Garth Brooks, tampil membawakan beberapa lagu.
Lady Gaga, dengan
membawa mikrofon berwarna emas, menyanyikan lagu kebangsaan Amerika
Serikat, The Star-Spangled Banner.
Disusul dengan bintang berlatar
belakang Latin, Jennifer Lopez, yang mengenakan pakaian
semua berwarna putih, menyanyikan sejumlah lagu medley, This Land is Your Land dan America the Beautiful.
Bintang musik country, Garth Brooks,
menyanyikan Amazing Grace, yang kemudian meminta mereka yang hadir maupun yang menonton di
rumah menyanyikan bagian akhir lagu tersebut.
Batalkan Sejumlah Kebijakan Trump
Segera setelah memasuki Gedung Putih
pertama kalinya sebagai Presiden, Biden menandatangani 15
perintah eksekutif, beberapa di antaranya untuk membatalkan kebijakan yang
dijalankan oleh Presiden sebelumnya, Donald Trump.
"Beberapa aksi eksekutif yang
saya tandatangani hari ini akan membantu mengubah arah krisis Covid, kita akan memerangi perubahan iklim seperti yang belum pernah
kita lakukan sebelumnya, dan memperbaiki kesetaraan ras dan membantu komunitas
yang kurang terwakilkan," katanya.
Beberapa perintah eksekutif itu, antara lain, keharusan memakai masker bagi pegawai
di tingkat pemerintahan federal, perintah untuk membuat kantor baru di Gedung
Putih guna menangani virus, dan menghentikan proses penarikan diri dari
keanggotaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Berkenaan dengan soal imigrasi, Biden
menghentikan pembangunan dinding yang membatasi Amerika Serikat dan Meksiko,
serta membatalkan larangan perjalanan dari beberapa negara berpenduduk
mayoritas Muslim.
Dimulainya masa kepemimpinan Joe Biden
dan Kamala Harris bersamaan dengan masih tingginya angka Covid di sana.
Hingga kini, sudah ada 24 juta warga Amerika yang terkena virus tersebut, dengan kematian sebanyak 400 ribu
orang.
Jutaan warga Amerika juga telah
kehilangan pekerjaan karena adanya penutupan dan pembatasan terkait pandemi.
Presiden Biden juga bertekad
menggunakan seluruh kekuatan pemerintah pusat untuk mengatasi krisis tersebut.
Prioritas utamanya adalah penggunaan
dana US$ 1,9 trilliun untuk membantu mereka yang kehilangan pekerjaan dan
memberikan bantuan keuangan langsung bagi keluarga di Amerika.
Namun rencana tersebut masih
memerlukan persetujuan Kongres, di mana saat ini Partai Demokrat memiliki
keunggulan tipis, baik di tingkat DPR maupun di Senat.
Wapres Kamala Harris akan mengambil
sumpah dua Senator baru dari Partai Demokrat, yang akan
menjadikan kekuatan di Senat adalah 50-50, dengan Wakil Presiden memiliki hak
memberikan suara bila sidang mencapai angka 50-50. [qnt]