“Kami menjauh agar anak-anak kami tidak bergaul dengan A.”
Tanpa akses interaksi dengan sesama anak-anak, A lebih banyak menghabiskan waktu bersama anjing peliharaan di rumahnya. Dalam kesehariannya, ia meniru perilaku anjing, termasuk menggonggong sebagai sarana komunikasi.
Baca Juga:
PPA Papua Barat Daya: Pemenuhan Hak Anak dan Aksi Forum Anak
Menurut laporan media lokal, bocah ini kerap ditinggalkan sendirian bersama anjing-anjing saat ibunya pergi mengemis ke desa atau kuil.
Akibatnya, perilaku dan perkembangan sosial A terbentuk dalam dunia yang sepenuhnya asing bagi manusia.
Kondisi menyedihkan ini akhirnya memantik aksi penyelamatan dari pihak sekolah.
Baca Juga:
Komitemen Bupati Samosir: Beri Bansos Tahunan untuk Lansia, Anak Terlantar, hingga Disabilitas
Kepala sekolah setempat menghubungi Paveena Hongsakul, presiden Paveena Hongsakul Foundation for Children and Women, yang kemudian turun tangan.
Paveena menggandeng aparat polisi, pejabat pendidikan, serta Kementerian Pembangunan Sosial dan Keamanan Manusia untuk mengevakuasi A dari lingkungan yang penuh risiko.
“Dia tidak berbicara. Dia hanya menggonggong. Sungguh menyedihkan melihatnya,” kata Paveena dalam keterangan resminya.