Lebih dari 80 orang tewas dibunuh di sejumlah lokasi di wilayah Sagaing sejak Agustus lalu, menurut data dari Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), kelompok yang memantau penangkapan dan kasus kematian di Myanmar.
Angka itu termasuk peristiwa di DOne Taw, lima orang di Desa Gaung Kwal pada 12 Desember, dan sembilan di Kota Kalay pada 23 Desember. Sagaing menjadi daerah pembantaian terparah di Myanmar.
Baca Juga:
Lokasi Sempat Terdeteksi, 11 Warga Sukabumi Disekap di Wilayah Konflik Myanmar
Militer Myanmar juga menggunakan taktik membakar seluruh desa yang diduga mendukung oposisi. Citra satelit yang diperoleh AP dari Maxar Technologies memperlihatkan lebih dari 580 bangunan dibakar habis di Kota Thantlang, sebelah barat laut Myanmar sejak September.
Kekerasan ini terjadi tampaknya sebagai balasan atas perlawanan warga lokal yang berani mengangkat senjata melawan junta militer. Di Done Taw, misalnya, militer menyerbu desa setelah sebuah konvoi kendaraan militer terkena bom di pinggir jalan di daerah itu tapi kemudian orang yang mereka bunuh bukanlah bagian dari kelompok perlawanan, kata seorang penduduk desa kepada AP.
"Mereka hanya pekerja biasa di perkebunan," kata tukang las 48 tahun itu. "Mereka sembunyi karena mereka takut."
Baca Juga:
Imbas Serangan Udara Junta Militer, 11 Warga Myanmar Tewas
Untuk penyelidikan ini AP mewawancarai puluhan saksi, anggota keluarga, tentara yang membelot, kelompok hak asasi dan sejumlah pejabat, sekaligus menganalisis data kematian dari AAPP. AP juga menganalisis citra satelit dan puluhan foto serta video dengan para ahli.
Dari rangkaian kekerasan ini pembantaian cenderung terjadi di daerah terpencil dan militer berusaha mencegah tersebarnya informasi kejahatan mereka dengan memutus sambungan Internet dan memeriksa ponsel warga.
"Ada banyak kasus serupa di seantero negeri pada saat ini, terutama di wilayah barat laut Myanmar," kata Kyaw Moe Tun, perwakilan dari oposisi Serikat Bangsa kepada AP. "Lihat saja polanya, lihat bagaimana itu terjadi. Itu sistematis dan menyebar."