WahanaNews.co | Hampir lebih dari enam bulan Boeing 737 Max diizinkan untuk
terbang lagi oleh regulator Amerika Serikat (AS).
Namun, kini pesawat itu diperiksa lagi, dan tengah dalam pengawasan ketat, setelah
ditemukan adanya masalah listrik pada pesawat yang belum dikirim.
Baca Juga:
Vietnam Airlines Beli 50 Pesawat Jet 737 MAX Keluaran Boeing AS
Sebagaimana dikutip dari BBC, Selasa (11/5/2021), bulan lalu, pesawat Boeing 737 Max yang belum dikirim ke pembeli
ditemukan mengalami masalah listrik potensial.
Hal itu menyebabkan lebih dari 100
pesawat milik 24 maskapai penerbangan di dunia dilarang beroperasi.
Selain itu, pengiriman lebih banyak
pesawat baru juga telah ditangguhkan.
Baca Juga:
Jet Tempur F-15EX yang Dibeli Indonesia Berhasil Tembakkan Rudal Jelajah
Boeing dan regulator AS, Administrasi
Penerbangan Federal, mengatakan, mereka
sudah bekerjasama untuk mengatasi masalah tersebut.
Banyak kritikus yang menganggap izin
737 Max memang belum waktunya.
Selain itu, kritikus juga mengimbau
agar masalah yang menyebabkan 2 kecelakaan fatal pada pesawat itu dianalisis
dan diatasi sedemikian rupa.
Boeing dan FAA menjelaskan, masalah
pertama kali terlihat selama pengujian Boeing 737 Max 8 yang baru diproduksi,
yang belum dikirimkan ke pemiliknya.
Ditemukan bahwa sistem tenaga listrik
di pesawat tidak berfungsi dengan benar.
Kesalahan ini dilacak pada ikatan
listrik yang buruk, di mana rakitan panel untuk menghantarkan listrik dan
merupakan bagian dari sambungan dengan rangka pesawat tidak berfungsi dengan
baik.
Ini berarti beberapa komponen di
pesawat, termasuk panel instrumen utama pilot dan unit kontrol daya siaga,
tidak dipasang dengan benar.
Menurut FAA, hal ini berpotensi
mempengaruhi pengoperasian sistem tertentu, termasuk perlindungan es mesin, dan
mengakibatkan hilangnya fungsi dan/atau beberapa efek dek penerbangan secara
bersamaan, yang dapat mempengaruhi penerbangan dan pendaratan yang aman.
Karena dianggap sangat berbahaya, FAA
khawatir seiring berjalannya waktu pesawat lain yang sudah beroperasi dapat
mengalami kondisi yang sama.
Hal ini mendorong regulator
mengeluarkan kebijakan baru pada 30 April lalu, bahwa yang menetapkan pesawat
737 Max harus dimodifikasi total sebelum beroperasi.
Namun, masalah cacat listrik 737 Max
bukan penyebab dua kecelakaan di Indonesia dan Ethiopia.
Pada kecelakaan itu, ditemukan masalah
pada perangkat lunak pengendali penerbangan yang salah yang dikenal sebagai
MCAS.
Dalam kecelakaan tersebut, data cacat
dari sensor yang salah mendorong MCAS untuk memaksa hidung pesawat turun
berulang kali, ketika pilot mencoba menambah ketinggian, akhirnya mendorong
pesawat ke bawah dan tenggelam.
Menurut Chris Brady, seorang pilot
yang menjalankan situs web dan saluran video yang dikhususkan untuk aspek
teknis 737, "masalahnya tidak terkait dengan MCAS atau masalah Max
sebelumnya lainnya."
Tetapi, bagi
mantan Manajer Senior di lini produksi Max 737, Pierson, masalah kelistrikan yang baru ditemukan perlu diwaspadai, sebab itu bisa saja menjadi masalah serius di masa depan. [qnt]