WahanaNews.co | China berencana membuat pesawat antariksa raksasa. Rencananya, pesawat itu berukuran panjang satu kilometer, lebih besar dari ukuran Stasiun Luar Angkasa Internasional yang sepanjang 110 meter.
Seperti dilansir Livescience, mantan Kepala Teknologi Badan Antariksa dan Aeronautika Amerika Serikat (NASA), Mason Peck, mengatakan impian China bisa terwujud tetapi mempunyai sejumlah kendala. Menurut Peck hambatan terbesar adalah masalah teknis.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
"Saya rasa ini sepenuhnya mungkin dilaksanakan," ucap Peck, yang sekarang menjadi dosen Teknik Angkasa Luar di Universitas Cornell, Amerika Serikat.
Peck memberikan catatan tantangan terbesar pada proyek ini adalah biaya. Mengingat tingginya biaya yang harus ditanggung untuk melakukan pengiriman objek dan materi ke angkasa luar.
Menurut NASA, ISS yang hanya berukuran panjang 110 meter pada titik terlebarnya menghabiskan biaya pembuatan sekitar US$100 miliar (sekitar Rp1.4 triliun). Sehingga membangun sesuatu berukuran sepuluh kali lipat lebih besar akan memberikan tekanan, bahkan pada negara yang sangat dermawan pada proyek antariksa.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Menurut laporan Techtimes, proyek ini adalah bagian dari pengajuan penelitian Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Alam Nasional China, yang merupakan agensi penggalangan dana. Lembaga itu berada di bawah Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China.
Pada situs resmi lembaga itu, proyek ini disebut sebagai 'strategi besar peralatan angkasa luar' yang akan digunakan di masa depan sebagai ruang untuk menjelajahi misteri alam semesta hingga untuk jangka waktu yang panjang.
Menurut Peck, perancang dari pesawat antariksa raksasa ini harus sangat memperhitungkan soal di mana pesawat ini akan mengorbit. Karena pada ketinggian rendah pesawat akan mengalami tarikan gravitasi dari atmosfer terluar Bumi, sehingga mempengaruhi posisinya di orbit.
Hal itu juga yang menjadi persoalan pada ISS. Selain itu, karena ukuran dan bobot yang lebih besar maka pesawat itu akan membutuhkan bahan bakar yang lebih banyak untuk dapat mengembalikan pesawat ke orbitnya.
Menurut dosen program teknik angkasa luar di Universitas Illinois, Prof. Michael Lembeck, buat meluncurkan pesawat ini ke orbit yang lebih tinggi diperkirakan bakal menambah beban biaya.
Peck justru melontarkan ide supaya membuat komponen pesawat itu di Bumi, kemudian diterbangkan ke orbit lalu baru disusun di luar angkasa. Ide lainnya adalah mencari bahan-bahan buat pembangunan pesawat itu di Bulan, karena memiliki gravitasi yang lebih rendah, sehingga membuat peluncuran pesawat antariksa akan relatif lebih mudah. [qnt]