Magnesium hidrida, yang sebelumnya dikembangkan untuk bahan bakar efisien, bereaksi cepat melepaskan gas hidrogen saat terkena katalis, menciptakan semburan api yang bertahan lama.
Wang Xuefeng, salah satu ilmuwan dari tim CSSC, menjelaskan bahwa teknologi ini memungkinkan kontrol presisi atas daya ledak, menjadikannya efektif untuk penghancuran yang merata terhadap target yang luas.
Baca Juga:
Tebar Berkah, Proyek Baterai Raksasa Prabowo Ciptakan 35 Ribu Lapangan Kerja
“Dengan teknik ini, kami dapat mengatur intensitas ledakan sesuai kebutuhan medan perang,” kata Wang seperti dikutip SCMP.
Jika penyempurnaan teknologi ini berhasil, senjata tersebut dapat berkembang menjadi sejenis bom termobarik, yang selama ini dikenal sangat efektif dalam menghancurkan struktur pertahanan dan kendaraan tempur lapis baja.
Media RT menyoroti potensi ini sebagai langkah signifikan dalam pengembangan senjata konvensional tingkat tinggi.
Baca Juga:
Pembersihan Militer China Makin Brutal: Miao Hua Lengser, He Weidong Menghilang
Sebelumnya, produksi magnesium hidrida masih dilakukan dalam skala kecil dan prosesnya tergolong kompleks.
Namun, kini Tiongkok telah menemukan cara produksi yang lebih efisien dan aman, serta membangun fasilitas produksi dengan kapasitas hingga 150 ton per tahun.
Analis militer dari King’s College London, Dr. Stephen Eldridge, menyatakan kekhawatirannya, “Kemampuan menciptakan efek termal berkelanjutan seperti ini bisa menjadi game-changer dalam peperangan perkotaan. Ini lebih dari ledakan, karena pembakarannya tidak memberi ruang untuk perlindungan.”