WAHANANEWS.CO, Jakarta - Setelah melakukan perombakan di tubuh militer Amerika Serikat (AS), Presiden Donald Trump kini memecat sejumlah staf Badan Intelijen Pusat (CIA).
Selain itu, presiden ke-47 AS tersebut juga berencana memangkas anggaran operasional lembaga intelijen terkuat di dunia itu.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Menurut laporan The New York Times, kebijakan ini merupakan bagian dari strategi Trump untuk merampingkan struktur pemerintahan AS.
Gelombang pertama pemecatan dikabarkan menargetkan perwira yang baru bergabung dengan CIA dalam dua tahun terakhir, termasuk mereka yang masih menjalani masa percobaan.
Para pegawai dalam masa percobaan bahkan dipanggil ke lokasi yang jauh dari markas besar CIA di Langley, Virginia, untuk menyerahkan kredensial mereka tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Baca Juga:
Lakukan Kekerasan Seksual pada 24 Wanita, Agen CIA Divonis 30 Tahun Penjara
Seorang sumber anonim mengungkapkan bahwa kebijakan ini menimbulkan keresahan di kalangan staf CIA yang tersisa.
Banyak di antara mereka menghindari panggilan dari pihak keamanan karena takut menjadi sasaran berikutnya dalam pemutusan hubungan kerja ini.
Sumber tersebut juga menegaskan bahwa banyak agen baru telah diberhentikan, meskipun jumlah pastinya belum diumumkan.
Dalam periode kedua kepemimpinannya, Trump berambisi memangkas jumlah pegawai pemerintah guna mengurangi pengeluaran, menyederhanakan birokrasi, dan mengurangi potensi korupsi.
Langkah ini didorong oleh Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), yang berada di bawah kendali miliarder Elon Musk.
"Pada pertemuan kabinet pertama di periode keduanya, Trump berjanji untuk memperkecil ukuran pemerintahan, dengan alasan bahwa lembaga federal saat ini terlalu besar dan tidak efisien," ujar sumber tersebut, seperti dikutip VIVA Militer dari Russia Today.
Pada 11 Februari 2025, Trump menandatangani perintah eksekutif untuk optimalisasi tenaga kerja, yang mengamanatkan pengurangan besar-besaran di berbagai lembaga pemerintah serta pembatasan perekrutan hanya untuk posisi yang benar-benar penting.
Sebelum CIA, Trump juga melakukan perombakan besar di tubuh militer AS. Salah satu pejabat tinggi yang terkena dampaknya adalah Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS, Jenderal Charles Q. Brown, yang lebih dulu dicopot dari jabatannya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]