WahanaNews.co | Citra satelit terbaru mengungkapkan kemungkinan bahwa China tengah membangun silo penyimpanan rudal yang bisa meluncurkan senjata nuklir jarak jauh.
Para peneliti dari Federasi Ilmuwan Amerika (FAS) mengungkap tangkapan citra satelit terbaru itu dalam laporannya yang dirilis pada Selasa (2/11).
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
Dalam laporan itu, para peneliti menyatakan bahwa China melakukan pembangunan signifikan di sejumlah silo di bagian barat Negeri Tirai Bambu.
"Untuk China, ini merupakan pembangunan situs nuklir yang belum pernah terjadi sebelumnya," tulis periset dari FAS, Matt Korda dan Hans M. Kristensen, dalam laporan yang dikutip CNN.
FAS memang menyatakan bahwa "situs silo rudal ini masih butuh waktu beberapa tahun untuk dapat beroperasi penuh dan masih tergantung pada bagaimana China akan mengoperasikannya."
Baca Juga:
Rudal Balistik Houthi Gempur Tel Aviv, Bantu Hizbullah Perangi Israel
Namun, pembangunan silo-silo rudal ini sudah membuat Amerika Serikat ketar-ketir. Mereka sudah mulai memantau pembangunan silo ini sejak akhir Juni lalu.
Saat itu, FAS melaporkan dugaan China membangun silo kedua. Komando Strategis AS pun mulai buka suara melalui Twitter.
"Ini merupakan kali kedua dalam dua bulan publik menemukan apa yang sudah kami khawatirkan sejak lama mengenai penambahan ancaman yang dihadapi dunia dan tirai kerahasiaan yang menutupinya," tulis komando militer itu.
Belakangan ini, AS memang khawatir akan peningkatan pembangunan militer China. Pekan lalu, Wakil Kepala Staf Gabungan AS, John Hyten, bahkan mengatakan bahwa China akan mengalahkan militer negaranya jika Pentagon tak segera berbenah.
Hyten melontarkan pernyataan ini ketika sedang menyoroti pergerakan militer China yang menurutnya "luar biasa" dalam beberapa waktu belakangan.
"Kecepatan mereka bergerak dan proyeksi mereka ke depan akan mengalahkan Rusia dan AS jika kita tidak melakukan sesuatu untuk mencegahnya. Itu akan terjadi, jadi saya pikir kita harus bergerak," ujar Hyton, seperti dikutip CNN.
Hyten melontarkan pernyataan ini sehari setelah Kepala Staf Gabungan AS, Mark Milley, mengonfirmasi bahwa China menguji coba rudal hipersonik.
Menurutnya, uji coba rudal itu sangat luar biasa. Ia bahkan menyandingkan momen itu dengan saat Uni Soviet meluncurkan satelit pertama di dunia, Sputnik, pada 1957.
"Yang kami lihat adalah peristiwa yang sangat signifikan dari uji coba sistem senjata hipersonik. Sangat mengkhawatirkan," ujar Milley.
Ia kemudian berkata, "Saya tidak tahu betul mirip dengan momen Sputnik atau tidak, tapi saya rasa sangat mirip dengan itu. Ini merupakan peristiwa teknologi yang sangat signifikan dan kami sangat memperhatikannya." [rin]