"Semua pasien minum air yang dibawa truk yang diambil dari Sungai Efrat, tanpa penyaringan atau sterilisasi," kata Alaeddine.
Kolera umumnya menular dari makanan atau air yang terkontaminasi. Kemudian menyebar di pemukiman yang tak punya jaringan pembuangan air limbah atau air minum utama.
Baca Juga:
Presiden AS Joe Biden: Tidak Menginginkan Perang Meluas di Timur Tengah
Sejak awal September, Suriah mencatat 23 kematian dan lebih dari 250 kasus kolera di enam provinsi. Mayoritas kasus berada di provinsi utara Aleppo.
Sementara itu, di wilayah Deir Ezzor mencatat 16 kematian dan 78 kasus.
Pejabat kesehatan di Suriah, Juan Mustafa, mengatakan telah melakukan uji air di Sungai Efrat. Hasilnya ada bakteri yang menyebabkan kolera, wabah ini menyebar karena aliran air berkurang.
Baca Juga:
Gempuran Israel di Damaskus Berujung Kematian 4 Prajurit Garda Revolusi Iran
Aliran air berkurang karena kekeringan menerjang Suriah, yang ujungnya imbas perubahan iklim.
Berkurangnya aliran ini memperburuk masalah pencemaran sungai yang sudah terkotori oleh limbah.
Meskipun terkontaminasi, lebih dari lima juta warga Suriah bergantung pada Efrat untuk minum dan banyak yang mengandalkan air ini untuk irigasi.