Ketua UYFC, Hun Many, memimpin langsung jalannya aksi dan menegaskan bahwa rakyat Kamboja sepenuhnya memahami dampak destruktif dan bahaya perang, baik bagi masyarakat sipil maupun stabilitas kawasan.
Bentrokan terbaru ini merupakan insiden perbatasan kedua dalam rangkaian konflik yang telah berlangsung selama tujuh bulan terakhir.
Baca Juga:
Roket Kamboja Hantam Permukiman Thailand, Jet F-16 Mulai Dikerahkan
Secara terpisah, Kepala Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Volker Turk, menyampaikan keprihatinan mendalam atas laporan serangan yang menyasar wilayah sekitar desa-desa serta sejumlah situs budaya di kawasan konflik.
Turk menekankan bahwa perlindungan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil harus menjadi prioritas utama.
Ia juga menyerukan kepada kedua negara untuk segera menghentikan tembakan serta kembali membuka jalur dialog guna mencegah jatuhnya korban lebih lanjut.
Baca Juga:
Sengketa Perbatasan Makin Panas, Jet F-16 Thailand Hancurkan Target di Kamboja
Konflik masih berlanjut meskipun sebelumnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa para pemimpin Thailand dan Kamboja telah mencapai kesepakatan untuk menghentikan pertempuran.
Kedua negara bahkan sempat menandatangani perjanjian damai pada Oktober lalu di Kuala Lumpur, disaksikan oleh Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
Namun demikian, implementasi perjanjian tersebut sempat ditangguhkan setelah sejumlah tentara Thailand dilaporkan terluka akibat ledakan ranjau di wilayah perbatasan.