Mereka berharap PA dapat memainkan peran kunci dalam upaya penyelesaian konflik Israel-Palestina.
Desakan untuk melakukan reformasi meningkat setelah pecahnya perang di Gaza, yang telah berlangsung lebih dari 18 bulan.
Baca Juga:
Serangan Udara Israel Tewaskan 30 Warga Gaza Usai Gencatan Senjata Diumumkan
Perang tersebut melibatkan pertempuran sengit antara Hamas, rival utama PLO, dan Israel, serta menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza.
Amerika Serikat mendukung gagasan pemerintahan PA yang direformasi untuk mengelola Gaza pascaperang.
Negara-negara Teluk, yang kemungkinan besar akan menjadi sumber utama dana rekonstruksi Gaza, juga mendorong perubahan besar dalam struktur PA.
Baca Juga:
Israel Lobi Sudan Selatan untuk Relokasi Warga Palestina dari Jalur Gaza
Sementara itu, Israel, yang menyatakan tujuannya menghancurkan Hamas, menolak melibatkan PA dalam pengelolaan Gaza.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan penolakannya terhadap pembentukan Negara Palestina.
Hamas, yang mengusung ideologi Islam militan, telah menguasai Gaza sejak 2007 setelah mengalahkan PA dalam konflik bersenjata menyusul kemenangan mereka di pemilu 2006. Hamas juga memiliki pengaruh kuat di Tepi Barat.