WahanaNews.co | Rusia mengklaim pasukannya saat ini telah melancarkan "serangan besar-besaran" ke garda terdepan tentara Ukraina usai dibikin kewalahan hingga menarik mundur personelnya di sejumlah wilayah timur Ukraina.
"Pasukan udara, roket, dan artileri melakukan serangan besar-besaran terhadap unit angkatan bersenjata Ukraina di semua arah operasional," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam pengarahan harian soal invasinya di Ukraina pada Selasa (13/9) malam.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Kemhan Rusia mengklaim "serangan presisi tinggi" juga telah dilancarkan ke sejumlah basis tentara Ukraina di sekitar Sloviansk dan Konstantinovka, timur Donetsk.
Dalam momen terpisah, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menuduh pasukan Ukraina juga telah menyiksa warga sipil yang bertahan di wilayah-wilayah yang kini diduduki Rusia.
"Ada banyak tindakan hukuman... orang-orang disiksa, orang-oran dianiaya dan sebagainya," ucap Peskov seperti dikutip AFP.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Tuduhan Rusia itu muncul setelah pihak berwenang Ukraina mengklaim menemukan empat jasad warga sipil dengan "tanda-tanda penyiksaan" di desa Zaliznychne usai merebut kembali daerah itu dari pasukan Moskow.
Invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki bulan ke-7, namun peperangan masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
Saat ini, pertempuran masih sengit terjadi terutama di timur laut Ukraina, di mana pasukan Kyiv berhasil melakukan perlawanan dan merebut lagi sebagian wilayah yang diduduki Rusia, terutama di Kharkiv.
Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan pasukan Ukraina berhasil merebut kembali lebih dari 6.000 kilometer persegi wilayahnya yang sempat diduduki Rusia.
Sejumlah gambar yang diunggah militer Rusia menunjukkan berbagai peti amunisi dan senjata militer tersebar di seluruh wilayah yang ditinggalkan pasukan Rusia.
Serangan balasan pasukan Ukraina yang dilancarkan sejak awal September disebut membuat militer Rusia lengah dan kewalahan.
Peta militer Kemhan Rusia bahkan tak sengaja memperlihatkan banyak penarikan pasukan Moskow dari wilayah-wilayah yang sedang jadi rebutan di Ukraina.
"Kekalahan" pasukan Rusia dalam beberapa hari terakhir bahkan memicu puluhan pejabat lokal Rusia mulai menentang Presiden Vladimir Putin dan mendesaknya untuk mundur.
Pemimpin Chechen, Ramzan Kadyrov, bahkan sampai mengkritik pasukan Rusia yang kewalahan menghadapi perlawanan tentara Ukraina di Kharkiv.
Menurut loyalis Presiden Vladimir Putin itu, militer Rusia tampak lengah menghadapi serangan balik tentara Ukraina terutama di Kharkiv.
"Mereka (pasukan Rusia) membuat kesalahan dan saya pikir mereka bakal menarik kesimpulan yang diperlukan," kata Kadyrov dalam pesan audio via Telegram pada Minggu (11/9).
Kadyrov mengatakan jika tidak ada perubahan strategi perang dari tentara Rusia di lapangan dalam waktu dekat, ia akan berbicara dengan pejabat Kemhan Rusia.
"Saya akan terpaksa berbicara dengan pimpinan Kementerian Pertahanan dan pimpinan negara untuk menjelaskan situasi sebenarnya di lapangan," ujar Kadyrov.
Kadyrov juga mengaku terkejut dengan situasi yang terjadi baru-baru ini.
"Ini situasi yang sangat menarik. Ini mencengangkan," kata Kadyrov seperti dikutip The Guardian.
Pasukan Chechen telah membantu tentara Rusia melancarkan invasinya ke Ukraina sejak Februari lalu. Beberapa laporan bahkan mengklaim Rusia menempatkan tentara Chechen pimpinan Kadyrov di garda terdepan perang demi meminimalisir korban berjatuhan dari pasukannya. [qnt]