WahanaNews.co | Diduga
berkonspirasi untuk menyerang, dengan tujuan melukai atau bahkan membunuh Duta
Besar Myanmar untuk PBB, Kyaw Moe Tun, 2 warga Myanmar ditangkap.
ass="MsoNormal">
Baca Juga:
RI-AS Kecam Kekerasan Terhadap Warga Sipil yang Berlanjut di Myanmar
Moe Tun adalah salah satu pejabat tinggi Myanmar yang
menolak pemerintah junta militer.
Moe Tun, dengan tegas menentang kudeta militer di Myanmar.
Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB pada akhir Februari, Tun menyerukan
tindakan sekuat mungkin dari komunitas internasional untuk memulihkan demokrasi
di negaranya.
Militer Myanmar telah mencoba untuk mencopot Moe Tun dari
jabatannya. Tetapi Majelis Umum, yang bertanggung jawab untuk mengakreditasi
diplomat yang ditempatkan di PBB, menolak seruan junta dan juga menolak calon
yang diajukan junta.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
Jaksa Amerika Serikat (AS), Audrey Strauss menuturkan, kedua
orang itu, yang bernama Phyo Hein Htut dan Ye Hein Zaw berkomplot untuk melukai
atau membunuh Moe Tun dalam serangan yang akan terjadi di tanah Amerika.
Menurut dokumen pengadilan di pengadilan federal White
Plains, seorang pedagang senjata Thailand yang menjual senjata kepada militer
Myanmar menyewa kedua orang untuk melukai Moe Tun, untuk mencoba memaksanya
mundur.
"Jika itu tidak berhasil (memaksanya mundur), Moe Tun itu
akan dibunuh," bunyi dokumen tersebut, seperti dilansir Arab News pada Senin
(9/8/2021).
Rencana untuk melukai atau membunuh Moe Tun akan dilakukan
di Westchester County, kawasan di mana dia tinggal. Baca juga: ASEAN Tunjuk
Diplomat Brunei Sebagai Utusan untuk Myanmar
"Htut bulan lalu dihubungi oleh pedagang senjata, yang ingin
membayar beberapa ribu dolar agar Htut melakukan serangan itu. Htut menerima
uang muka USD 2.000 pada 23 Juli," ujar dokumen pengadilan.
Setelah FBI mengetahui plot tersebut, menurut dokumen
pengadilan, mereka langsung mengamankan Htut. Ketika diinterogasi, Htut
menjelaskan rencana tersebut, yang termasuk awalnya merusak ban mobil Moe Tun,
agar dia mengalami kecelakaan.
Dikatakan, Htut menerima pembayaran USD 4.000 untuk
melakukan serangan itu dan akan mendapatkan USD 1.000 lagi ketika tugasnya
selesai.
Sementara itu, tersangka lainnya, yakni Zaw, saat
diinterogasi oleh FBI mengaku bahwa dia adalah orang yang mengirimkan uang
kepada Htut, sebagai imbalan atas "pekerjaanya".
Htut dan Zaw masing-masing didakwa dengan persekongkolan
untuk menyerang dan melakukan serangan kekerasan terhadap pejabat asing, yang
diancam hukuman maksimal lima tahun penjara. [dhn]