Hal serupa juga diutarakan Lamya (23
tahun), mahasiswa bisnis di Champigny-sur-Marne, pinggiran kota Paris.
Sepengetahuannya, banyak rekan
Muslimah yang menanggalkan jilbab dan identitasnya karena takut dikucilkan atau
menganggur setelah lulus.
Baca Juga:
Cerita CEO Telegram Pavel Durov Diduga Miliki Empat Paspor
"Bukan rahasia lagi mengenakan jilbab
di Prancis akan membuat Anda kesulitan mencari pekerjaan. Banyak perusahaan
yang menolak menerima perempuan berhijab, Muslim kehilangan pekerjaan karena
sholat di tempat kerja, "kata Lamya.
Muslimah Prancis lainnya, Laila, yang
juga meminta untuk tidak disebutkan nama lengkapnya, pindah dari Meaux, sebuah
kota di wilayah metropolitan Paris, ke Inggris, enam
bulan lalu.
Dia mengaku, pindahnya ke Inggris itu
dilakukan setelah mengalami pelecehan anti-Muslim selama beberapa dekade di
negara tersebut.
Baca Juga:
Turut Meriahkan Pra Olimpiade Paris 2024, PLN Hadirkan Reog Ponorogo di Acara Exhibition Pencak Silat
"Saya melihat lebih jelas lagi
jaket pengekang yang mengikat kami, betapa kami tidak berhak atas hal-hal biasa
seperti berenang, bekerja, dan belajar di segala bidang," ucap dia.
Menurut Laila, hukum yang ada di
Prancis bersifat kekanak-kanakan, karena hanya ingin mendominasi
semata.
Hingga kini, dia mengaku masih
mempertanyakan, ketentuan apa yang membuat orang harus mengenakan pakaian
tertentu.