WahanaNews.co | Pesawat tak berawak (drone) yang diduga milik Amerika Serikat menyerang Yaman Tengah dan menewaskan tiga orang.
Dua dari tiga orang diduga anggota Al-Qaeda. Pada awalnya drone tersebut menargetkan mobil milik terduga anggota Al-Qaeda. Keduanya mengalami luka-luka.
Baca Juga:
Koalisi Arab Saudi Gempur Stasiun Satelit di Yaman
"Sebuah pesawat tak berawak yang diyakini milik Amerika menargetkan sebuah mobil yang membawa seorang pria, yang kemungkinan adalah anggota Al-Qaeda, dan istrinya, yang mengakibatkan cedera pada keduanya," kata seorang pejabat pemerintah, yang berbicara tanpa menyebut nama, kepada AFP.
Usai insiden tersebut, tiga orang, termasuk dua pria bersenjata diduga Al-Qaeda menuju lokasi untuk membantu. Namun kendaraan mereka diserang dan membuat ketiganya tewas.
"Tiga orang, seorang warga sipil dan dua pria bersenjata diduga Al-Qaeda, yang berada di kendaraan yang menuju ke lokasi untuk membantu yang terluka menjadi sasaran serangan lain dan tewas." jelasnya.
Baca Juga:
AS Rilis Tayangan Aksi Drone yang Tewaskan 10 Warga Afghanistan
Seorang pejabat pemerintah di wilayah perbatasan antara provinsi tengah Shabwa dan Al-Bayda mengkonfirmasi dua serangan dan jumlah korban tewas.
Diketahui Amerika Serikat menganggap Al-Qaeda cabang Yaman, Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP), sebagai faksi paling berbahaya dari jaringan jihad global.
Perang drone AS terhadap AQAP telah meningkat setelah mantan presiden Donald Trump menjabat pada 2017.a
AQAP, dan gerilyawan lain yang setia kepada ISIS, kian berkembang pesat ketika perang saudara Yaman terjadi.
AQAP telah melakukan operasi terhadap pasukan Houthi dan pemerintah serta serangan sporadis di luar negeri, termasuk di kantor publikasi satir Prancis Charlie Hebdo pada tahun 2015.
Pada Februari 2020, AQAP mengkonfirmasi kematian pemimpinnya Qassim al-Rimi setelah dia terbunuh dalam serangan drone AS. AQAP menunjuk Khalid Batarfi sebagai penggantinya.
Yaman telah dilanda konflik sejak tahun 2015, ketika koalisi pimpinan Saudi melakukan intervensi untuk mendukung pemerintah, pasca Houthi menguasai ibu kota Sanaa.
Menurut Badan-badan bantuan, konflik Yaman telah menewaskan puluhan ribu orang.
PBB menyebut konflik itu sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia dengan jutaan orang terpaksa mengungsi demi keselamatan mereka. [rin]