WahanaNews.co, Jakarta - Dalam sesi khusus Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membahas upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB, Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, menyampaikan pidato dengan nada marah.
Dalam aksi yang mengejutkan, Erdan memasukkan salinan Piagam PBB ke dalam mesin penghancur kertas berukuran kecil yang dibawanya. Kejadian ini terjadi pada Jumat (10/5/2024) waktu setempat di Markas Besar PBB, New York, saat sesi khusus Majelis Umum PBB membahas upaya Palestina untuk bergabung sebagai anggota penuh organisasi tersebut.
Baca Juga:
Kerap Diserang Israel, PBB Sebut Argentina Jadi Negara Pertama Tarik Pasukan dari UNIFIL
Tindakan Erdan yang memasukkan Piagam PBB ke dalam mesin penghancur kertas dilaporkan oleh kantor berita AFP dan BBC pada Minggu (12/5/2024).
"Anda mencabik-cabik Piagam PBB," ujarnya, dengan raut wajah kecut.
Dalam sesi khusus Majelis Umum PBB, Duta Besar Israel Gilad Erdan melakukan aksi yang mengejutkan sebagai bentuk kemarahannya.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, menyampaikan pidato dengan nada marah. [WahanaNews.co/AP].
Majelis Umum PBB telah memperkuat hak-hak Palestina dalam organisasi tersebut dan menyerukan agar Palestina diterima sebagai anggota penuh.
Merespons hal ini, Erdan terlihat membawa mesin penghancur kertas kecil ke depan majelis. Dia kemudian memasukkan salinan Piagam PBB ke dalam mesin penghancur kertas tersebut hingga terpotong-potong.
Saat ini, Palestina memiliki status negara pengamat non-anggota di PBB sejak tahun 2012, yang memungkinkan mereka memiliki beberapa hak meskipun bukan menjadi anggota penuh.
Keanggotaan penuh PBB hanya dapat diputuskan dengan rekomendasi Dewan Keamanan PBB. Amerika Serikat baru-baru ini memveto upaya Palestina untuk mendapatkan keanggotaan penuh, namun pemungutan suara Majelis Umum PBB pada Jumat (10/5/2024) dapat dilihat sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina.
Sementara itu, situasi di Palestina terus memanas dengan Israel melancarkan serangan ke Gaza dan memperluas perintah evakuasi di Rafah. PBB memperingatkan bahwa invasi langsung ke Rafah yang padat penduduk berisiko menimbulkan bencana.
Dilansir AFP, Minggu (12/5/2024), Badan Pertahanan Sipil Gaza mengatakan ada dua orang dokter yang tewas di pusat kota Deir al-Balah akibat serangan Israel. Selain itu, bentrokan hebat dan tembakan keras dari helikopter Israel terus terdengar di Kota Gaza.
Para saksi mata mengatakan Israel telah melakukan serangan di Rafah dekat perbatasan Mesir pada hari Sabtu (11/5/2024) waktu setempat. Asap terlihat membubung di atas kota tersebut.
Pasukan Israel terus menyerang Rafah meski dunia mendesak gencatan senjata segera dilakukan. Israel juga menutup jalur bantuan utama dan menghentikan lalu lintas di jalur lain.
Situasi di Gaza, Palestina, semakin memanas dengan Israel memperluas perintah evakuasi di Rafah bagian timur. Menurut laporan, sekitar 300.000 orang telah meninggalkan kota Rafah sejak tentara Israel mendesak penduduk untuk mengungsi dari daerah tersebut pada awal pekan ini.
Warga Rafah terlihat menumpuk tangki air, kasur, dan barang-barang lainnya ke dalam kendaraan, bersiap untuk mengungsi lagi.
Salah seorang warga, Farid Abu Eida, yang sebelumnya mengungsi dari Kota Gaza ke Rafah, mengungkapkan kebingungannya, "Kami tidak tahu harus pergi ke mana. Tidak ada tempat tersisa di Gaza yang aman atau tidak penuh sesak. Tidak ada tempat lain yang bisa kami tuju."
Warga diminta untuk mengungsi ke 'zona kemanusiaan' Al-Mawasi di pantai barat laut Rafah. Sementara itu, Hamas menuduh Israel 'memperluas serangan ke Rafah dengan memasukkan wilayah baru di tengah dan barat kota'.
Dari pihak Israel, juru bicara militer Daniel Hagari menyatakan bahwa 'kami telah melenyapkan puluhan teroris di Rafah timur' dan mengklaim tentara Israel sedang memerangi 'teroris bersenjata' di perbatasan serta telah menemukan 'banyak terowongan bawah tanah'.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa Gaza berisiko mengalami 'bencana kemanusiaan yang besar' jika Israel melancarkan operasi darat skala penuh di Rafah. Protes terhadap perang Israel di Gaza juga menyebar ke Kontes Lagu Eurovision di Swedia.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]