WahanaNews.co | Penyebab cacar monyet yang semakin banyak ditemukan di negara-negara di Eropa diduga karena vaksin cacar yang dihentikan.
Hal itu diungkapkan ahli menanggapi menyebarnya virus tersebut di Eropa seperti Inggris, Spanyol, Portugal, Italia, Swedia, Prancis, Jerman, Belgia, Kanada.
Baca Juga:
Berikut Tips Pencegahan Cacar Monyet Agar Tidak Tertular
Pasalnya, sebagian besar kasus tidak terkait dengan perjalanan ke Afrika.
Artinya, penyebaran cacar monyet yang terjadi saat ini diduga berbeda dengan penularan cacar monyet di Afrika yang selama ini sudah diketahui dalam dunia medis.
Cacar monyet secara teori banyak menginfeksi orang Afrika. Namun, kini penyakit tersebut mewabah di negara non Afrika dan itu yang membuat peneliti bingung. Artinya, ada masalah baru yang kini tengah dialami dunia.
Baca Juga:
Kasus Cacar Monyet di Jakarta Barat Bertambah Jadi 10 Orang
"Saya kaget dengan kasus wabah cacar monyet di Eropa ini. Setiap hari saya bangun akan ada lebih banyak negara yang melaporkan kasus ini," papar Oyewale Tomori, ahli virologi yang sebelumnya mengepalai Akademi Sains Nigeria dan pernah menjabat sebagai penasihat Organisasi Kesehatan Dunia dilansir dari ABC News, Senin (23/5/2022).
"Ini bukan jenis penyebaran yang kita lihat di Afrika Barat, jadi mungkin ada sesuatu yang baru terjadi di negara barat," tambahnya. Dilaporkan, hingga saat ini tidak ada korban meninggal dunia akibat cacar monyet. Penyakit ini pada umumnya menyebabkan demam, menggigil, ruam, dan luka di wajah atau alat kelamin.
Peneliti di Inggris tengah meneliti apakah penyakit ini menular secara seksual. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Eropa merekomendasikan agar semua kasus yang dicurigai diisolasi dan mereka yang kontak erat dengan pasien ditawarkan vaksin cacar.
Di negara Afrika sendiri, tepatnya di Nigeria, kasus cacar monyet bukan hal yang asing. Negara itu mencatatkan 3.000 kasus cacar monyet per tahun. Ini yang kemudian membuat peneliti bingung bahwa cacar monyet bisa mewabah di Eropa dan Amerika Serikat tanpa pasien pernah punya riwayat ke Afrika.
"Ini kasus yang tidak biasa," ungkap dr Hans Kluge, Direktur WHO Eropa.
Kemunculan penyakit ini, dijelaskan dr Kluge menunjukkan bahwa penularan telah berlangsung selama beberapa waktu. Meski kasusnya sejauh ini ringan. Sementara Direktur Pusat Keunggulan Afrika untuk Genomik Penyakit Menular Christian Happi mengungkapkan bahwa apa yang terjadi di Eropa benar-benar tergolong dalam kasus luar biasa.
"Kami belum melihat apapun untuk mengatakan bahwa pola penularan cacar monyet telah berubah di Afrika. Jadi, Eropa memang harus menyelidikinya," ungkap Happi.
Hipotesisnya sementara adalah cacar monyet mewabah di Eropa karena pemberian vaksin cacar dihentikan negara-negara Eropa sejak 1980. Keputusan ini dinilainya mungkin secara tidak langsung membantu penyebaran cacar monyet hingga mewabah seperti sekarang.
"Karena vaksin cacar dihentikan, artinya orang-orang tidak memiliki kekebalan terhadap cacar monyet," tutup Happi. [rsy]