WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketegangan politik di Filipina terus meningkat. Mantan Presiden Rodrigo Duterte kembali memicu kontroversi dengan pernyataannya yang menyerukan kekerasan terhadap senator.
Dalam sebuah kampanye publik, Duterte mengusulkan untuk membunuh anggota Senat dengan ledakan bom agar ada lebih banyak kursi yang tersedia.
Baca Juga:
Ribuan Warga Manila Turun ke Jalan, Korupsi Proyek Hantu Rp34,3 Triliun Picu Gejolak Nasional
"Jika kita bisa menyingkirkan sekitar 15 senator, maka kita semua bisa masuk Senat. Sayang sekali, beberapa dari mereka benar-benar menyebalkan. Tapi tidak semuanya," ujar Duterte dalam kampanye akhir pekan lalu, dikutip Senin (17/2/2025).
Ia menambahkan, "Berbicara tentang peluang, satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan menggunakan bom."
Pernyataan ini muncul di tengah proses pemakzulan putrinya, Wakil Presiden Sara Duterte.
Baca Juga:
Kedubes Asing Ramai Rilis Peringatan Baru soal Demo di Jakarta
Nasib politiknya, termasuk kemungkinan pemecatan dan diskualifikasi permanen dari jabatan publik, akan ditentukan oleh Senat Filipina yang beranggotakan 24 orang, mayoritasnya merupakan sekutu Presiden Ferdinand Marcos Jr.
Sidang pemakzulan diperkirakan berlangsung setelah pemilu Mei mendatang.
Sejarah Politik Duterte