WahanaNews.co | Sekitar 30 polisi dan tentara junta militer Myanmar di Negara Bagian Chin membelot. Mereka bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM), yang melawan kekuasaan militer pada dua pekan terakhir.
Gerakan tersebut dilakukan sejak deklarasi Perang Pertahanan Rakyat yang digagas pemerintah bayangan Pemerintah Nasional Bersatu (NUG), untuk melawan rezim militer itu pada 7 September lalu.
Baca Juga:
Lokasi Sempat Terdeteksi, 11 Warga Sukabumi Disekap di Wilayah Konflik Myanmar
Hal itu berarti sudah 350 polisi dan 21 tentara yang melawan peraturan militer di Negara Bagian Chin sejak kudeta pada 1 Februari.
Jumlah tersebut diungkapkan oleh Pasukan Pertahanan Chin, angkatan bersenjata etnis Chin.
Sejak April, junta militer telah menghadapi perlawanan dari pejuang masyarakat yang bergabung dengan CDF.
Baca Juga:
Imbas Serangan Udara Junta Militer, 11 Warga Myanmar Tewas
Kebanyakan dari mnereka mempersenjatai diri dengan pistol berburu tradisional.
Menurut CDF 30 pasukan militer yang bergabung dengan mereka itu terdiri dari 21 polisi dan sembilan tentara dan bergabung dengan CDM melalui mereka.
“Grup teroris (junta) yang telah mengambil alih kekuasan dari pemerintahan terpilih, menyadari komunitas internasional tak mengakui mereka. Jadi prajurit junta juga harus menyadari hal itu,” ujar Juru Bicara CDF dikutip dari The Irrawaddy, Kamis (23/9/2021).
Ia juga mengatakan pasukan junta harus secepatnya memutuskan dengan cepat apakah berniat melindungi kepentingan junta atau CDM.
Pasalnya, mereka akan menjadi target utama revolusi mengingat NUG secara resmi telah mendeklarasikan perang.
CDF terus mengundang pasukan junta militer untuk bergabung dengan CDM, dengan menjanjikan akomodasi yang aman dan gaji harian bagi yang ingin melakukannya.
Menurut People’s Embrace, gerakan yang membantu personel keamanan yang menolak bekerja untuk junta militer, sekitar 2.000 polisi dan tentara junta telah bergabung dengan dengan CDM pada Agustus. [rin]