WAHANANEWS.CO, Jakarta - Menjelang konklaf di Kapel Sistina, Vatikan, ajang pemilihan Paus baru, pertanyaan klasik kembali mencuat: berapa sebenarnya gaji seorang Paus?
Dengan statusnya sebagai pemimpin spiritual lebih dari 1,2 miliar umat Katolik sekaligus kepala negara Vatikan, tak sedikit yang menduga bahwa Paus diganjar gaji besar, layaknya pejabat tinggi negara.
Baca Juga:
Donald Trump Sebut Ingin Gantikan Paus Fransiskus
Namun, kenyataannya sangat jauh dari dugaan umum.
Menurut laporan Herald Malaysia, Vatikan secara resmi menyatakan bahwa Paus tidak menerima gaji dalam bentuk yang lazim.
Pernyataan serupa ditegaskan oleh juru bicara Vatikan pada 2001, JoaquĆn Navarro-Valls, yang menyebutkan dengan tegas, "Paus tidak dan tidak pernah menerima gaji."
Baca Juga:
Konklaf untuk Pemilihan Paus Baru Mulai 7 Mei 2025
Sempat beredar rumor bahwa pemimpin tertinggi Gereja Katolik menerima gaji bulanan hingga US$32.000 (sekitar Rp500 juta), namun kabar tersebut tidak pernah dikonfirmasi dan tidak mencerminkan sistem yang berlaku saat ini.
Meskipun tidak bergaji, Paus tetap hidup dalam kondisi yang sangat layak.
Seluruh kebutuhan dasarnya, mulai dari tempat tinggal di Istana Apostolik atau Domus Sanctae Marthae, makanan, pakaian, transportasi, hingga pengamanan, ditanggung sepenuhnya oleh negara Vatikan.
Kebijakan ini semakin ditegaskan sejak Paus Fransiskus menjabat pada 2013.
Ia memilih hidup sederhana, menolak gaji, dan lebih memilih menyumbangkan pendapatan potensialnya kepada gereja, yayasan sosial, dan orang-orang miskin.
Bahkan, ia menggunakan barang-barang pribadi sederhana, termasuk jam tangan seharga sekitar Rp150 ribuan.
Penolakan terhadap gaji bukan sekadar bentuk kerendahan hati pribadi. Ini adalah bagian dari filosofi mendalam Gereja Katolik: jabatan Paus bukanlah profesi, melainkan panggilan spiritual.
Tidak ada kontrak kerja atau sistem remunerasi seperti di lembaga publik atau swasta.
Paus, meski kepala negara Vatikan, tidak mengurusi langsung keuangan negara. Semua urusan finansial dikelola lembaga-lembaga seperti Sekretariat Ekonomi dan Administrasi Warisan Takhta Suci.
Dengan kata lain, Paus memang tidak digaji dalam arti umum, tetapi segala hal yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas spiritual dan kenegaraan telah difasilitasi penuh.
Ini menjadi cerminan kuat tradisi panjang Gereja Katolik: pemisahan antara tugas rohani dan motif ekonomi.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]