WahanaNews.co | Produksi batu bara bugar kembali tahun ini di Jerman, ketika ekonomi terbesar Eropa itu beralih ke bahan bakar kotor untuk melalui krisis energi.
Sejak pecahnya perang Rusia Ukraina pada Februari, lalu membuat Jerman untuk pertama kalinya dalam setengah abad tidak mendapatkan aliran gas Moskow .
Baca Juga:
Thomas Muller Resmi Pensiun dari Tim Nasional Jerman Setelah 14 Tahun Berkarier
Lebih dari sepertiga (36,3%) listrik yang mengalir ke jaringan penerangan Jerman antara Juli dan September 2022 berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Angka itu meningkat jauh dibandingkan dengan 31,9% pada kuartal ketiga tahun 2021, menurut kantor statistik Jerman Destatis.
Lama dijelek-jelekkan oleh partai Hijau Jerman yang memimpin beberapa kementerian top pemerintah, batu bara rencananya bakal dihapus pada tahun 2030. Tetapi perang Rusia dengan Ukraina dan pembatasan ekspor gas, membawa batu bara kembali mendapat dukungan.
Output pembangkit listrik tenaga batu bara naik 13,3% secara year-on-year menjadi 42,9 terawatt jam (TWh) dalam tiga bulan Juli-September. Di mana output listrik Jerman secara keseluruhan pada posisi 118,1 TWh, tertinggal 0,5 untuk periode yang sama pada tahun 2021, menurut Destatis.
Baca Juga:
Euro 2024: Slovenia vs Serbia Berakhir Imbang 1-1
Pembangkit gas sedikit naik, meskipun harganya mahal karena output angin dan tenaga air sedang rendah, dan output nuklir domestik juga turun pada periode Juli-September.
Kondisi terakhir hanya tiga reaktor yang tetap online dibandingkan dengan enam tahun sebelumnya ketika Jerman putar haluan setelah krisis Fukushima. Bencana nuklir Fukushima mengguncang kepercayaan kepada teknologi PLTN, yang oleh pengelolanya selalu disebut "aman". Jerman punya kesimpulan lain dan memutuskan untuk meninggalkan PLTN.
Di bawah ancaman kekurangan gas, beberapa pabrik batu bara yang telah ditutup atau dibiarkan sebagai cadangan telah kembali memasuki pasar di Eropa tahun ini, tetapi di sebagian besar negara jumlahnya terbatas.