WahanaNews.co | Ukraina telah mengingatkan, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Chernobyl yang diduduki Rusia hanya memiliki waktu 48 jam ke depan sebelum kebocoran radiasi yang berbahaya.
Negara yang dilanda perang Ukraina telah memohon kepada Rusia untuk gencatan senjata sehingga perbaikan mendesak dapat dilakukan di situs tersebut, yang sudah direbut pasukan Rusia pada hari-hari awal konflik.
Baca Juga:
Jepang Tegaskan Pelepasan Air Olahan ALPS Fukushima Penuhi Standar Keamanan Internasional
Rusia memutuskan aliran listrik PLTN Chernobyl dari jaringan nasional menyebabkan pejabat Ukraina memperingatkan bahwa itu memancarkan 'tingkat radiasi yang tidak diketahui.'
"Karena tindakan militer penjajah Rusia, pembangkit listrik tenaga nuklir di Chernobyl sepenuhnya terputus dari jaringan listrik,” terang seorang juru bicara Ukrenergo.
"Stasiun nuklir tidak memiliki pasokan listrik. Tindakan militer sedang berlangsung, jadi tidak ada kemungkinan untuk memulihkan jalur. Kota Slavutich juga kehabisan pasokan listrik,” lanjutnya.
Baca Juga:
Utusan China Serukan Pengawasan Internasional atas Pembuangan Nuklir PLTN Fukushima
Perusahaan nuklir Ukraina Energoatom mengatakan jika perbaikan tidak dilakukan, sulit untuk mendinginkan bahan bakar nuklir.
"Suhu di kolam penampungan akan meningkat, pelepasan zat radioaktif ke lingkungan dapat terjadi,” ujarnya.
Dengan putus asa, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba telah menggunakan Twitter untuk mendesak Rusia untuk berpikir lagi.
"Satu-satunya jaringan listrik yang memasok PLTN Chernobyl dan semua fasilitas nuklirnya yang diduduki oleh tentara Rusia rusak. CNPP kehilangan semua pasokan listrik,” cuitnya.
"Saya menyerukan kepada masyarakat internasional untuk segera menuntut Rusia untuk menghentikan tembakan dan mengizinkan unit perbaikan untuk memulihkan pasokan listrik,” lanjutnya.
"Generator diesel cadangan memiliki kapasitas 48 jam untuk menyalakan PLTN Chernobyl,” ungkapnya.
"Setelah itu, sistem pendingin fasilitas penyimpanan bahan bakar nuklir bekas akan berhenti, membuat kebocoran radiasi segera terjadi,” tambahnya.
Menurut Energoatom, jika kebocoran itu terjadi, awan radioaktif yang dihasilkan dapat dibawa oleh angin ke wilayah lain di Ukraina, Belarusia, Rusia, dan Eropa. [rin]