Sa’di Baraka, yang bekerja di makam Deir al-Balah bersama beberapa sukarelawan, mengalami hal serupa. Ia menggali kuburan sejak pagi dan terkadang harus membuka kembali kuburan yang sudah ada.
“Kadang-kadang kami harus menggali kuburan di atas kuburan yang sudah ada,” katanya kepada ABC News.
Baca Juga:
Netanyahu Resmi Jadi Buronan Setelah ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan
Mohammed Abdullah, seorang pengungsi dari kamp pengungsi Nuseirat di Gaza bagian tengah, mengatakan bahwa serangan militer Israel telah menyulitkan proses penguburan.
“Jumlah korban sangat mengerikan dan terus bertambah,” ujar Abdullah. “Dalam serangan kecil saja, kami kehilangan 10 hingga 20 orang. Di wilayah tengah Gaza, hanya ada tiga kuburan yang semuanya sudah penuh.”
Ia menambahkan bahwa kuburan di Gaza kini tidak hanya dipenuhi oleh jenazah, tetapi juga oleh orang-orang yang masih hidup karena para pengungsi mencari perlindungan di tempat-tempat yang ada.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
“Tidak ada ruang untuk membuka kuburan baru karena banyak pengungsi berlindung di kuburan,” katanya, dikutip oleh Anadolu.
“Saat ini, hidup dan mati bercampur.”
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.