WahanaNews.co | Kementerian Pertahanan Taiwan menggertak Cina dengan membeberkan rencananya untuk menahan serangan dari negeri tirai bambu tersebut dalam laporan strategi militer yang dirilis Selasa (9/11/2021).
Laporan itu memaparkan rencana-rencana angkatan bersenjata Taiwan untuk memperluas jangkauan pencegahan militer ke pantai China.
Baca Juga:
Gemas Ingin Hajar China, Taiwan Siapkan Dana Perang Rp 1,3 Triliun
Rencana itu disusun jika sewaktu-waktu Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) menyerang.
"Kelemahan PLA yakni saat fase transit di laut. Pasukan bersenjata harus mengambil kesempatan penting ini dari penghalang alami Selat Taiwan dan berjuang dengan cara yang tangguh," demikian kutipan laporan itu.
Menurut Kemhan, Taiwan tak harus membatasi diri menunggu China mendarat melewati selat.
Baca Juga:
Masih Panas! Taiwan Kini Gelar Latihan Militer
"Tetapi harus juga menggunakan langkah-langkah memaksa musuh mengumpulkan pasukan di lapangan terbang atau pelabuhan yang lebih jauh dari daerah yang berlawanan dengan Taiwan."
Mengingat keunggulan luar biasa China dalam hal tenaga kerja dan sumber daya, Taiwan berencana menggunakan taktik asimetris untuk melawan PLA.
Sebagaimana dilansir Reuters, rencana itu di antaranya melawan operasi udara China menggunakan rudal dan menyerang kapal besar dengan kapal kecil, cepat, dan tangguh.
Rudal jelajah defensif dan ranjau darat dan laut akan menjadi senjata utama untuk mencegah upaya China mendarat di Taiwan.
Dalam laporan tersebut juga dijelaskan bahwa tekanan yang dilakukan Beijing termasuk serangan pesawat tempur, serta speedboat yang menabrak kapal penjaga pantai Taiwan.
Mereka juga menuduh China menggunakan pendekatan perang kognitif untuk memengaruhi opini publik masyarakat Taiwan.
Belakangan, Taiwan memang terus menyuarakan kekhawatiran mereka akan peningkatan provokasi militer China. Para pejabat Taiwan dan China pun bersilat lidah untuk memperebutkan kedaulatan.
Selama ini, China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya. Sementara itu, Taiwan terus memperjuangkan kemerdekaan mereka dari China, terutama setelah Presiden Tsai Ing-wen berkuasa.
Sejak Tsai memegang kendali, Taiwan terus memperkuat militer. Mereka bahkan bertekad memproduksi lebih banyak senjata dalam negeri, seperti kapal selam.
Mereka juga membeli sejumlah alutsista dari Amerika Serikat.
Guna mencegah ancaman China lebih jauh, Kemenhan Taiwan bahkan mengklaim bakal memperkuat upaya mereka menciptakan "peperangan asimetris" agar Beijing sulit melawan.
Upaya-upaya itu termasuk latihan serangan rudal jarak jauh ke arah China, pemasangan ranjau darat, hingga memperbanyak latihan pasukan militer cadangan. [rin]