WahanaNews.co | Kondisi
ekonomi Afghanistan mulai morat-marit. Keadaan ini semakin buruk sejak Taliban
berhasil menguasai negara tersebut.
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
Kabar terbaru, setelah IMF menyetop bantuan, giliran Bank
Dunia yang menghentikan sejumlah pendanaan mereka untuk proyek-proyek di
Afghanistan setelah kelompok bersenjata Taliban menguasai negara tersebut.
Melansir dari BBC, Kamis (26/8/2021), sejumlah pendanaan ini
dihentikan oleh Bank Dunia mengingat pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban
akan mempengaruhi prospek pembangunan negara, terutama bagi perempuan.
Langkah itu dilakukan hanya beberapa hari setelah Dana
Moneter Internasional atau IMF menahan hingga menangguhkan pembayaran ke
Afghanistan. Pada pekan lalu, IMF mengumumkan bahwa Afghanistan tidak akan lagi
dapat mengakses sumber daya pemberi pinjaman global.
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
Seorang juru bicara IMF mengatakan kalau hal ini karena
kurangnya kejelasan dalam masyarakat internasional atas pengakuan pemerintah
(Taliban) di Afghanistan.
Perlu diketahui bahwa sejak 2002, lembaga keuangan yang
berbasis di Washington itu telah memberikan komitmen lebih dari US$ 5,3 miliar
atau setara dengan Rp 76,3 triliun (dengan kurs Rp 14.400/dolar AS) untuk
proyek-proyek rekonstruksi dan pembangunan di Afghanistan.
"Kami telah menghentikan pencairan dana dalam operasi
kami di Afghanistan dan kami memantau dan menilai situasi dengan cermat sesuai
dengan kebijakan dan prosedur internal kami," kata juru bicara Bank Dunia
kepada BBC.
Tak hanya itu, Asosiasi Bank Afghanistan mengumumkan pada
Senin di Facebook, Taliban telah menunjuk Haji Mohammad Idris sebagai penjabat
gubernur bank sentral. Namun Gul Maqsood Sabit, mantan wakil menteri keuangan,
mengaku belum pernah mendengar tentang Idris.
"Tidak sama sekali," kata Sabit, yang tinggal di
California dan bekerja sebagai dosen di community college.
"Orang ini adalah seseorang yang bertugas di Komisi
Ekonomi Taliban. Dia adalah seorang guru di (sekolah agama) di Pakistan, dan
dari sanalah dia berasal, jadi hanya itu yang kami ketahui tentang orang ini,
dan sekarang dia mengelola bank sentral. Dia mungkin tidak memiliki pengalaman
sama sekali," terangnya.
Pemerintah baru yang dipimpin Taliban tidak menunjukkan
bukti pengalaman Idris di bidang keuangan atau perbankan. Pengumuman itu muncul
dua hari setelah kementerian keuangan Taliban menyatakan bahwa semua pegawai
pemerintah akan dibayar seperti sebelumnya.
Pengamat dan pakar keuangan Afghanistan mengatakan itu
adalah tanda terbaru bahwa tanpa intervensi lebih lanjut dari komunitas
internasional, ekonomi negara itu dapat menderita bahkan lebih parah daripada
yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.
Tak lama setelah pemerintahan Afghanistan jatuh pada 15
Agustus, nilai mata uang afghani merosot, jatuh hampir 8% terhadap dolar AS.
Tetapi sejak 17 Agustus, mata uang lokal relatif stabil, mungkin karena praktis
dibekukan. Sekarang hampir tidak mungkin untuk memindahkan uang ke dalam atau
ke luar negeri. Dengan pegawai pemerintah tidak dibayar dan bank tidak buka, bahkan
perdagangan sehari-hari pun sulit. [qnt]