WAHANANEWS.CO, Jakarta - Di tengah meningkatnya tekanan internasional atas krisis kelaparan yang makin parah di Jalur Gaza, Israel akhirnya mengambil langkah taktis dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui udara dan menjanjikan pembukaan koridor bantuan baru.
Langkah ini datang setelah gelombang kritik global menyasar kebijakan blokade total Israel terhadap Gaza sejak awal Maret lalu.
Baca Juga:
Inggris Salurkan Bantuan Rp88 Miliar untuk Gaza, Dorong Gencatan Senjata dan Akses Kemanusiaan
Pada Minggu (27/7/2025), militer Israel menyampaikan bahwa mereka telah melakukan pengiriman bantuan kemanusiaan melalui udara ke wilayah Gaza sebagai bagian dari upaya untuk memfasilitasi masuknya bantuan.
Pengiriman ini disebut-sebut sebagai respons terhadap desakan komunitas internasional yang menuntut akses kemanusiaan dibuka lebih luas, setelah laporan menyebutkan warga Palestina tewas saat mengantre bantuan.
"Ini akan memperbaiki situasi kemanusiaan, dan membantah klaim palsu tentang kelaparan yang disengaja di Jalur Gaza," tegas pernyataan militer Israel.
Baca Juga:
Presiden AS Umumkan Pengiriman Bantuan Pertama ke Gaza Lewat Dermaga Kemanusiaan Multinasional
Sebelumnya, Israel telah memblokir total pasokan ke Gaza sejak 2 Maret, menyusul kegagalan perundingan gencatan senjata. Baru pada akhir Mei, pemerintah Israel mulai membuka jalur bantuan dengan jumlah terbatas.
Namun laporan dari organisasi bantuan menunjukkan bahwa jumlah tersebut tidak mencukupi, terutama setelah lebih dari 2,2 juta penduduk Gaza terjebak dalam kondisi kelaparan akut.
Sebagai tambahan, Kementerian Luar Negeri Israel juga menyampaikan bahwa pihaknya akan memberlakukan "jeda kemanusiaan" di beberapa wilayah Gaza pada Minggu pagi guna mempermudah pengiriman bantuan.
"Jeda kemanusiaan akan berlaku di beberapa wilayah Gaza pada Minggu pagi untuk memfasilitasi pengiriman bantuan," ungkap pernyataan dari Kemenlu Israel.
Upaya bantuan juga datang dari negara-negara mitra. Uni Emirat Arab mengumumkan akan kembali mengirim bantuan, sementara Inggris berkomitmen bekerja sama dengan mitra regional seperti Yordania.
Di lapangan, koresponden Al Qahera melaporkan puluhan truk bantuan mulai bergerak dari wilayah Mesir menuju perlintasan Karam Abu Salem (Kerem Shalom) di Gaza selatan, membawa berton-ton pasokan kemanusiaan.
Meski demikian, ketegangan masih terasa. Organisasi-organisasi bantuan internasional menyuarakan bahwa kelaparan massal masih terjadi akibat keterbatasan akses dan distribusi.
Israel menuduh Perserikatan Bangsa-Bangsa gagal mendistribusikan bantuan secara memadai, namun PBB membantah dan menyatakan bahwa mereka bekerja seoptimal mungkin di bawah pembatasan ketat dari pihak Israel.
Kondisi ini menunjukkan betapa gentingnya situasi kemanusiaan di Gaza, yang tak hanya membutuhkan bantuan segera, tetapi juga jaminan akses yang berkelanjutan tanpa hambatan politik dan militer.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]