Banjir dari laut telah digunakan sebagai strategi militer sejak lama. Misalnya, pada Pengepungan Leyden tahun 1574 kala Perang Kemerdekaan Belanda, Belanda menghancurkan tanggul di Sungai Maas, yang menahan Laut Utara, membanjiri pedesaan dan memaksa Spanyol mundur.
Penggunaan banjir sebagai strategi militer lainnya adalah penghancuran tanggul Sungai Kuning pada tahun 1938 saat Perang China-Jepang Kedua. Dengan menghancurkan tanggul, Tiongkok mencegah Jepang merebut Shaanxi, Sichuan, dan Chongqing, meskipun harus menanggung korban jiwa yang sangat besar.
Baca Juga:
16 Desa di Aceh Barat Terendam Banjir, Air Capai 50 Sentimeter
Baru-baru ini, penghancuran Bendungan Kakhovka pada bulan Juni 2023, yang saat itu berada di bawah kendali Rusia, menyebabkan banjir besar di Oblast Kherson dan menunda serangan balasan Ukraina di wilayah tersebut.
Jeff Goodson, dalam sebuah artikel bulan ini untuk RealClearDefense, menyebut bahwa Israel sendiri dapat memilih untuk membanjiri terowongan Hamas untuk memaksa mereka keluar dari tanah. Pada tahun 2015 Mesir pernah membanjiri 37 terowongan lintas batas di Gaza.
Menurutnya, banjir bisa menjadi solusi permanen atau hampir permanen terhadap masalah terowongan Israel di Gaza, karena memompa keluar terowongan tersebut akan memakan banyak biaya dan rumit bagi Hamas.
Baca Juga:
BPBA Lapor Dua Desa di Aceh Jaya Terendam Banjir Setinggi 1,2 Meter
[Redaktur: Sandy]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.