WAHANANEWS.CO, Jakarta - Penasihat senior Amerika Serikat untuk urusan Arab dan Afrika, Massad Boulos, mengumumkan adanya kemajuan penting dalam upaya mencapai gencatan senjata kemanusiaan di Sudan yang telah dilanda konflik berkepanjangan.
Menurut Boulos, tentara Sudan dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) kini telah menyetujui rencana awal secara prinsip.
Baca Juga:
Israel Langgar 47 Kali Gencatan Senjata, Korban Sipil Terus Bertambah
Kesepakatan tersebut diharapkan dapat menghentikan pertempuran yang telah berlangsung lebih dari satu tahun dan menimbulkan krisis kemanusiaan yang parah.
“Kedua pihak telah sepakat secara prinsip, dan sejauh ini tidak ada keberatan dari salah satu pihak. Kami kini fokus pada rincian teknisnya,” ujar Boulos dalam pernyataannya, dikutip dari Anadolu, Rabu (5/11/2025).
Rencana gencatan senjata ini merupakan bagian dari kerangka kerja diplomatik yang dibentuk oleh International Quad di Washington pada September lalu.
Baca Juga:
Gencatan Senjata Retak, Israel Tembaki Warga Gaza yang Coba Pulang Kampung
Forum tersebut melibatkan empat negara, yakni Amerika Serikat, Mesir, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA), yang berkomitmen untuk mendorong penyelesaian damai di Sudan.
Dalam pertemuan pada 12 September, kelompok itu menyerukan gencatan senjata kemanusiaan selama tiga bulan sebagai langkah awal untuk memungkinkan pengiriman bantuan darurat ke wilayah-wilayah terdampak perang.
Upaya ini juga dimaksudkan menjadi jembatan menuju kesepakatan gencatan senjata permanen antara kedua pihak yang bertikai.
Selain itu, komite yang dipimpin oleh Amerika Serikat mengusulkan masa transisi selama sembilan bulan setelah gencatan senjata awal berhasil ditegakkan.
Fase tersebut akan diarahkan menuju pembentukan pemerintahan sipil independen yang diharapkan mampu memulihkan stabilitas politik di negara tersebut.
Meski begitu, Boulos menegaskan bahwa belum ada negosiasi langsung maupun tidak langsung antara RSF dan militer Sudan saat ini.
Namun, komunikasi intensif yang difasilitasi oleh Amerika Serikat terus dilakukan guna menjaga momentum diplomatik yang sudah terbentuk.
Ia juga menyoroti situasi di El-Fasher, ibu kota Darfur Utara, yang menurutnya berada dalam kondisi “sangat mendesak dan menyakitkan”.
Washington, kata Boulos, kembali menegaskan kecamannya terhadap segala bentuk kekejaman yang menyasar warga sipil.
Sejak 15 April 2023, bentrokan antara tentara Sudan dan RSF terus berlangsung tanpa henti.
Beragam upaya mediasi regional maupun internasional sejauh ini belum mampu menghentikan konflik tersebut.
Akibat perang, ribuan orang telah tewas dan jutaan warga lainnya terpaksa mengungsi dari rumah mereka.
Komunitas internasional kini semakin gencar menyerukan agar kedua pihak segera menandatangani gencatan senjata dan memulai dialog menuju perdamaian yang berkelanjutan di Sudan.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]