WahanaNews.co | Harga minyak mentah melesat di perdagangan Asia, dan menyentuh level tertinggi dalam lebih dari tujuh tahun terakhir.
Kenaikan harga minyak terjadi di tengah kekhawatiran bahwa kemungkinan invasi Ukraina oleh Rusia dapat memicu sanksi dari AS dan Eropa. Ini dikhawatirkan akan mengganggu ekspor energi dari produsen utama dunia.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan di USD 95,73 per barel pada pukul 01.09 GMT, melonjak USD 1,29 atau 1,4 persen, setelah sebelumnya mencapai tertinggi intraday di USD 95,91 per barel.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 1,49 atau 1,6 persen, menjadi diperdagangkan di USD 94,59 per barel, naik di dekat tertinggi sesi di USD 94,9 per barel.
Komentar dari Amerika Serikat tentang serangan segera oleh Rusia di Ukraina telah mengguncang pasar keuangan global. Rusia dapat menyerang Ukraina kapan saja dan mungkin membuat dalih mengejutkan untuk melakukan serangan, kata Amerika Serikat, Minggu (13/2).
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
"Jika pergerakan pasukan terjadi, minyak mentah Brent tidak akan mengalami kesulitan reli di atas level USD 100," kata analis OANDA Edward Moya dalam sebuah catatan.
"Harga minyak akan tetap sangat fluktuatif dan sensitif terhadap pembaruan tambahan mengenai situasi Ukraina."
Investor juga mengamati pembicaraan antara Amerika Serikat dan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.
Namun, seorang pejabat senior keamanan Iran mengatakan pada Senin bahwa kemajuan dalam pembicaraan menjadi lebih sulit.
Di Amerika Serikat, harga minyak yang kuat mendorong perusahaan energi untuk meningkatkan produksi sehingga mereka menambahkan rig minyak terbanyak dalam empat tahun pekan lalu, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan pada Jumat (11/2). [qnt]