WahanaNews.co | Harga minyak menguat pada Kamis (28/4/2022) usai muncul laporan bahwa Jerman tak lagi menentang embargo emas hitam Rusia. Langkah ini dapat memperketat pasokan minyak mentah global yang sudah tertekan.
Perwakilan Jerman untuk Uni Eropa tidak lagi keberatan dengan embargo minyak Rusia selama Berlin diberikan waktu untuk mengamankan pasokan alternatif, Wall Street Journal melaporkan pada Kamis.
Baca Juga:
Realisasi Investasi di Nagan Raya Aceh Tahun 2023 Naik Rp3,7 Triliun
Artikel tersebut memperkuat komentar dari Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck pada Selasa (26/4/2022), ketika dia mengatakan bahwa ekonomi terbesar UE, dapat mengatasi embargo UE atas impor minyak Rusia. Dia berharap akan menemukan cara untuk menggantikan minyak Rusia dengan pasokan lain.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik 2,2% menjadi US$ 107,59 per barel, sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) acuan AS naik 3,3% pada US$ 105,36 per barel.
Jerman sangat bergantung pada impor energi Rusia meski sebelumnya menentang larangan.
Baca Juga:
Polresta Bandung Ringkus Pelaku Penyalahgunaan BBM Subsidi Jenis Solar di Bojongsoang
Sebelum perang di Ukraina, minyak Rusia menyumbang sekitar sepertiga pasokan Jerman. Sebulan lalu, menteri ekonomi Jerman mengatakan bahwa Jerman telah mengurangi ketergantungan pada minyak Rusia hingga 25% dari total impor.
“Akibatnya, harga minyak akan menjadi lebih mahal, dan harga minyak Rusia akan jatuh dan diskon lebih besar,” kata analis Again Capital LLC John Kilduff, di New York.
Rusia telah menggunakan ekspor energi sebagai "senjata" merespons sanksi Amerika Serikat dan sekutunya atas invasi Moskow ke Ukraina.
Rusia telah memotong pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria dan mencoba mendorong Uni Eropa mengadopsi sistem pembayaran gas dengan membuka rekening di Gazprombank di mana pembayaran dalam euro atau dolar akan dikonversi ke rubel.
Produksi minyak Rusia bisa turun sebanyak 17% pada tahun 2022, menurut dokumen kementerian ekonomi yang dilihat Reuters, karena negara itu menghadapi sanksi Barat.
Terlepas dari ini, kelompok produsen OPEC+ yang terdiri Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin Rusia diperkirakan akan mempertahankan laju peningkatan produksi moderat ketika bertemu pada 5 Mei, sumber mengatakan kepada Reuters.
Sementara dolar AS melonjak ke level tertinggi dalam 2 dekade pada Kamis, didorong melemahnya yen dan euro.
Di Tiongkok, Beijing menutup beberapa ruang publik dan meningkatkan pemeriksaan Covid-19 karena sebagian besar dari 22 juta penduduk kota itu melakukan pengujian massal dalam upaya mencegah penguncian seperti di Shanghai.
Penguncian terbaru telah mengganggu pabrik dan rantai pasokan, sehingga meningkatkan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi negara itu. [qnt]