WahanaNews.co | Recep Tayyip Erdogan akan dilantik menjadi presiden Turki untuk periode ketiga pada Sabtu (3/6/23) ini.
Ia akan kembali memimpin Turki untuk lima tahun ke depan usai menjabat selama dua dekade.
Baca Juga:
Belanda Bangkit, Menang 2-1 atas Turki di Euro 2024 Berlin
Pelantikan Erdogan akan digelar di parlemen dan dilanjutkan dengan upacara mewah di Istana Kepresidenan di ibu kota Ankara dengan dihadiri puluhan pemimpin dunia.
"Presiden Recep Tayyip Erdogan akan dilantik pada hari Sabtu sebagai kepala negara setelah memenangkan pemilihan putaran kedua," seperti dilansir dari AFP.
Pemimpin Turki yang transformatif namun memecah belah itu memenangkan putaran kedua pada 28 Mei lalu melawan koalisi oposisi.
Baca Juga:
Timnas Turki Menang Melawan Georgia di Euro 2024 Skor 3-1
Kemenangan itu terjadi di tengah krisis ekonomi dan kritik keras menyusul gempa dahsyat di Turki yang menewaskan lebih dari 50 ribu orang pada Februari lalu.
Berdasarkan perhitungan suara resmi, Erdogan berhasil meraih 52,18 persen suara. Sementara saingan sekulernya, Kemal Kilicdaroglu hanya meraih 47,82 persen suara.
Pemimpin terlama Turki menghadapi tantangan langsung dan besar dalam masa jabatan ketiganya yang didorong oleh perlambatan ekonomi dan ketegangan kebijakan luar negeri dengan Barat.
"Dari sudut pandang geopolitik, pemilu akan memperkuat pengejaran kebijakan luar negeri independen Turki baru-baru ini," kata kepala ahli strategi geopolitik Matt Gertken di BCA Research.
Menurutnya, kebijakan ini bertujuan untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan strategis maksimum dari negara-negara timur dan otokratis sembari tetap mencegah putusnya hubungan permanen dengan demokrasi barat.
"Ketegangan dengan Barat kemungkinan akan meningkat lagi, dalam kerangka itu, sekarang Erdogan memiliki mandat baru," ujarnya.
Masalah Ekonomi
Erdogan menyatakan pengentasan masalah ekonomi negara akan menjadi prioritas pertama dengan inflasi mencapai 43,70 persen yang sebagian dipicu kebijakan pemotongan suku bunga yang tidak ortodoks untuk merangsang pertumbuhan.
Pada Sabtu malam, Erdogan dijadwalkan mengumumkan kabinet barunya. Sejumlah media berspekulasi bahwa mantan menteri keuangan Mehmet Simsek merupakan seorang tokoh internasional yang menenteramkan hati, dapat berperan dalam kabinet tersebut.
Mantan ekonom Merrill Lynch, Simsek diketahui menentang kebijakan Erdogan yang tidak konvensional.
Dia menjabat sebagai menteri keuangan antara 2009 dan 2015 dan wakil perdana menteri yang bertanggung jawab atas ekonomi hingga 2018, sebelum mengundurkan diri menjelang serangkaian kehancuran lira tahun itu.
"Pemerintah Erdogan sepertinya akan mengejar program stabilisasi ortodoks," kata profesor ekonomi Alp Erinc Yeldan di Universitas Kadir Has Istanbul.
"Apa yang kita lihat sekarang adalah berita tentang Mehmet Simsek dan timnya disambut dengan antusias oleh pasar," imbuhnya.
Anggota baru parlemen Turki mulai dilantik pada hari Jumat dalam sesi pertama setelah pemilihan 14 Mei. Adapun acara ini dihadiri oleh Erdogan. Aliansinya memegang mayoritas di parlemen dengan 600 kursi.[eta]