Sehingga, ketergantungan Indonesia pada batu bara masih akan cukup besar untuk beberapa tahun ke depan. Jika berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional alias RUEN yang ditetapkan pemerintah hingga 2050, konsumsi batu bara secara volume masih sangat besar meskipun porsinya turun.
Menteri Bisnis, Energi, dan Pertumbuhan Bersih Inggris Anne Marie Trevelyan sebelumnya mendesak negara lain untuk segera mengikuti langkah Inggris untuk mengurangi emisi lebih cepat.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
"Saya sangat percaya bahwa kami harus memimpin dengan memberi contoh," kata Trevelyan.
“Perjalanan Inggris menghentikan penggunaan batu bara panjang dan sulit, namun negara-negara lain dapat melakukan hal yang sama.”
Menurut dia upaya untuk menghentikan konsumsi batu bara dalam pembangkitan listrik memang tidak dapat dilakukan dalam semalam. Pasalnya negara tetap harus mengamankan pasokan energi.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
“Tapi kami berhasil melakukannya, dan kami telah menunjukkan bahwa hal itu memungkinkan, dan teknologi pertumbuhan bersih telah banyak berkembang dan banyak yang dapat berinvestasi di dalamnya,” ujar Travelyan.
Sementara Presiden Cina Xi Jinping telah berjanji tingkat emisi negaranya akan mencapai titik tertinggi atau puncaknya sebelum 2030. Setelah itu tingkat emisi akan terus diturunkan hingga netralitas karbon dicapai pada 2060.
Namun kebijakan ini telah menjadi salah satu penyebab krisis energi listrik di Cina saat ini lantaran pasokan batu bara untuk pembangkit listrik PLTU berkurang. Akibatnya, saat ini Cina mengalami krisis listrik yang memicu penutupan sektor industri.