WahanaNews.co | Covid-19 di ibu kota China, Beijing, meledak lagi, membuat semua layanan kesehatan di kota itu keteteran.
Tak hanya tenaga kesehatan di RS, mereka yang bekerja di rumah duka dan krematorium juga disibukkan akibat kenaikan kasus Covid-19 di Beijing, China. Kesibukan ini meningkat dari biasanya menyusul pencabutan aturan pembatasan pandemi yang ketat.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
China tiba-tiba mengakhiri banyak prinsip utama dari kebijakan nol-Covid yang diperjuangkan Presiden Xi Jinping. Kebijakan nol-Covid memicu protes publik yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Belakangan rumah duka dan krematorium tengah berjuang untuk memenuhi permintaan karena banyak pekerja dan pengemudi yang sakit. Seorang staf di Rumah Duka Miyun menyebut jumlah kematian di atas rata-rata pada periode ini.
Staf tersebut membeberkan, jumlah kematian bahkan lebih banyak dibanding periode sebelum pencabutan sebagian besar pembatasan pandemi.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
"Kami memiliki lebih sedikit mobil dan pekerja sekarang. Banyak pekerja yang dinyatakan positif," ujar dia seperti dilaporkan Reuters.
Staf yang enggan menyebutkan namanya ini menambahkan ada tumpukan permintaan layanan kremasi di sana.
Sementara itu di Rumah Duka Huairou, jenazah sampai harus menginap selama tiga hari sebelum dapat dikremasi. Saking sibuknya, keluarga atau kerabat mendiang pun bisa mengantar sendiri jenazah ke rumah duka.
"Anda bisa membawa jenazah ke sini sendiri, memang sedang sibuk belakangan," ujar salah satu staf.
Sejak aturan ketat dicabut, China meminta warganya untuk tetap di rumah jika mengidap gejala ringan. Kota-kota di seluruh China bersiap menghadapi gelombang infeksi pertama mereka.
Epidemiolog Wu Zunyou berpendapat jika kebijakan pembatasan dicabut lebih awal, ia memperkirakan 250 ribu orang akan meninggal. Hanya saja, proporsi pasien yang sakit parah turun sebesar 0,18 persen dari kasus yang dilaporkan. Dari sini, lanjutnya, bisa terlihat tingkat kematian perlahan turun.
China belum memberikan laporan secara resmi angka kematian akibat Covid-19 sejak 7 Desember 2022. Namun Komisi Kesehatan Nasional melaporkan tidak ada perubahan angka resmi kematian yakni 5.235 kasus sejak pandemi muncul di 2019.
Data kasus Covid-19 yang minim memicu perdebatan di media sosial. Orang-orang tidak bisa menemukan angka pasti perihal kematian, pasien rawat inap dan pasien yang sakit parah.
"Mengapa statistik ini tidak dapat ditemukan? Apa yang terjadi? Apakah mereka tidak menghitungnya atau mereka tidak mengumumkannya?" seorang pengguna media sosial China bertanya-tanya. [eta]