Dalam jumpa pers yang sama, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa serangan yang semakin intensif akan meningkatkan peluang Hamas untuk mengembalikan para sandera yang mereka tahan di Gaza.
"Ketika kami menyerang musuh dengan lebih keras, ada peluang yang lebih baik bahwa musuh akan menyetujui solusi untuk mengembalikan orang-orang yang mereka cintai," kata Gallant.
Baca Juga:
Kerap Diserang Israel, PBB Sebut Argentina Jadi Negara Pertama Tarik Pasukan dari UNIFIL
Perluasan operasi darat telah mengkhawatirkan keluarga para sandera, dengan sebuah kelompok advokasi mengatakan pada hari Sabtu bahwa orang-orang yang dicintai menghadapi "ketidakpastian mutlak terkait nasib para sandera yang ditahan (di Gaza), yang juga menjadi korban pengeboman besar-besaran."
"Kecemasan, frustrasi, dan terutama kemarahan yang sangat besar karena tidak ada satu pun dari kabinet perang yang mau bertemu dengan keluarga para sandera untuk menjelaskan satu hal - apakah operasi darat itu membahayakan kesejahteraan 229 sandera di Gaza," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Konflik di Gaza menjadi tidak terhindarkan setelah kelompok militan Hamas melakukan serangan mendadak ke Israel pada 7 Oktober.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Serangan tersebut menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 229 orang.. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa sebagai tanggapannya, Israel tanpa henti mengebom Gaza dan membunuh lebih dari 7.700 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk "eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya" dalam pemboman Israel terhadap Gaza di Palestina dan menyerukan gencatan senjata segera.
Guterres mengatakan saat ini terjadi peningkatan pemboman yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Hal ini mempunyai dampak yang sangat buruk, melemahkan tujuan-tujuan kemanusiaan yang telah ditetapkan.