WahanaNews.co, Yerusalem - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan perang dengan kelompok militan Palestina Hamas di Gaza akan berlangsung lama.
Saat ini, perang telah “memasuki babak baru” dan Israel bakal terus menerus menggempur wilayah Gaza.
Baca Juga:
Kerap Diserang Israel, PBB Sebut Argentina Jadi Negara Pertama Tarik Pasukan dari UNIFIL
Netanyahu mengungkapkan hal tersebut saat jumpa pers, Sabtu (28 Oktober), dan dalam kesempatan itu juga ia mengungkap kaitan konflik dengan Hamas dengan perang Israel-Arab tahun 1947 hingga 1949 yang terjadi saat Israel mendeklarasikan kemerdekaan.
"Perang di Gaza akan terus berlanjut. Ini adalah perang kemerdekaan kami yang kedua.
“Kami akan menyelamatkan negara kami,” kata Netanyahu mengutip CNN, Minggu 29 Oktober 2023.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Netanyahu mengatakan tahap kedua perang melawan Hamas telah dimulai, dengan tujuan menghancurkan sayap militer dan pemerintah kelompok tersebut.. Perang ini juga bertujuan untuk mengembalikan sandera yang ditahan Hamas.
"Para pejuang heroik kami memiliki satu tujuan: Untuk menghancurkan musuh ini dan memastikan keberadaan negara kami. Tidak akan pernah lagi. 'Tidak akan pernah lagi,' sekarang," kata Netanyahu.
Netanyahu juga mengaku telah berbicara dengan keluarga para sandera yang ditahan oleh Hamas dan bersumpah kepada mereka bahwa ia akan mengerahkan segala upaya untuk mengembalikan orang-orang yang mereka cintai.
Dalam jumpa pers yang sama, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa serangan yang semakin intensif akan meningkatkan peluang Hamas untuk mengembalikan para sandera yang mereka tahan di Gaza.
"Ketika kami menyerang musuh dengan lebih keras, ada peluang yang lebih baik bahwa musuh akan menyetujui solusi untuk mengembalikan orang-orang yang mereka cintai," kata Gallant.
Perluasan operasi darat telah mengkhawatirkan keluarga para sandera, dengan sebuah kelompok advokasi mengatakan pada hari Sabtu bahwa orang-orang yang dicintai menghadapi "ketidakpastian mutlak terkait nasib para sandera yang ditahan (di Gaza), yang juga menjadi korban pengeboman besar-besaran."
"Kecemasan, frustrasi, dan terutama kemarahan yang sangat besar karena tidak ada satu pun dari kabinet perang yang mau bertemu dengan keluarga para sandera untuk menjelaskan satu hal - apakah operasi darat itu membahayakan kesejahteraan 229 sandera di Gaza," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Konflik di Gaza menjadi tidak terhindarkan setelah kelompok militan Hamas melakukan serangan mendadak ke Israel pada 7 Oktober.
Serangan tersebut menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 229 orang.. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa sebagai tanggapannya, Israel tanpa henti mengebom Gaza dan membunuh lebih dari 7.700 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk "eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya" dalam pemboman Israel terhadap Gaza di Palestina dan menyerukan gencatan senjata segera.
Guterres mengatakan saat ini terjadi peningkatan pemboman yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Hal ini mempunyai dampak yang sangat buruk, melemahkan tujuan-tujuan kemanusiaan yang telah ditetapkan.
"Situasi ini harus dibalik. Saya mengulangi seruan kuat saya untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan, serta pembebasan sandera tanpa syarat dan pemberian bantuan kemanusiaan," kata Guterres, mengutip AFP, Sabtu (29/10/2023). Bencana kemanusiaan sedang terjadi di depan mata kita," katanya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]