WahanaNews.co | Rusia dan China bersama sejumlah negara yang tergabung dalam organisasi BRICS tengah dalam proses menciptakan mata uang baru.
BRICS merupakan organisasi yang beranggotakan sesuai akronim dari nama negara anggotanya, yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Baca Juga:
Investor Lebih Ngeri Sri Mulyani Cs Mundur Ketimbang Jokowi Kampanye
Melansir Kompas.com, rencana mata uang baru dari BRICS itu diungkapkan anggota parlemen Rusia Alexander Babakov, sebagaimana dikutip Live Mint.
Menurut Babakov, BRICS sedang dalam proses menciptakan mata uang baru sebagai strategi pembayasan agar tidak bergantung dengan dollar AS atau euro.
Dia menyebutkan bahwa mata uang baru akan didasarkan pada emas dan komoditas lain seperti elemen tanah jarang.
Baca Juga:
Hingga 2 Februari, BI Catat Modal Asing Masuk Capai Rp4,96 Triliun
Akan tetapi, dia tidak merinci detail lain mengenai mata uang baru Rusia dan China beserta negara-negara BRICS. Pejabat Rusia lain juga belum mengonfirmasinya.
Dilansir dari Firstpost, pembahasan mengenai mata uang baru paling cepat akan terjadi pada KTT BRICS di Afrika Selatan pada Agustus tahun ini.
Beberapa sumber dikutip Firstpost menyampaikan, ide mengenai mata uang baru BRICS diinisiasi oleh Rusia karena negara tersebut menghadapi sanksi ekonomi yang berat dari Barat atas invasi ke Ukraina.
Firstpost mengutip Babakov yang mengatakan bahwa Rusia dan India akan mendapat manfaat paling banyak dari mata uang baru itu.
“New Delhi, Moskwa harus melembagakan asosiasi ekonomi baru dengan mata uang bersama yang baru, yang bisa berupa rubel digital atau rupee India,” kata Babakov.
Menurutnya, China juga siap memainkan peran penting dalam pengembangan mata uang baru karena memiliki 1,4 miliar dari populasi.
“New Delhi, Beijing, dan Moskwa adalah negara-negara yang sekarang melembagakan dunia multipolar yang didukung oleh mayoritas pemerintah,” katanya.
“Komposisinya harus didasarkan pada induksi ikatan moneter baru yang ditetapkan pada strategi yang tidak membela dolar AS atau euro, melainkan membentuk mata uang baru yang kompeten untuk menguntungkan tujuan bersama kita,” ujar Babakov.
Di sisi lain, Brasil sudah mulai menerima penyelesaian perdagangan dan investasi dalam yuan China.
Sedangkan India dan Rusia memiliki mekanisme rupee India dengan rubel rusia untuk sejumlah perdagangan, bukan dollar AS atau euro. [eta/est]