"Agen dari pusat-pusat ini secara sewenang-wenang menahan perempuan, tak terhitung jumlahnya, dengan dalih tak mematuhi jilbab paksa negara," kata Ghaemi.
Lebih lanjut, Ghaemi menerangkan perempuan itu diperlakukan seperti penjahat karena pelanggaran mereka.
Baca Juga:
Embargo AS Justru Jadi Berkah, Iran Ciptakan Jet Tempur Saeqeh dari F-5 Lawas
"(Mereka) difoto dan dipaksa untuk mengikuti kelas tentang cara memakai jilbab yang benar dan moralitas Islam," imbuh dia seperti dikutip CNN.
Polisi Moralitas Iran di bawah komando Mohammad Rostami Chemtech Gachi semakin menunjukkan kekerasan dan kekuatan berlebihan.
Pada awal 2022, Rostami menyatakan pihaknya akan menghukum perempuan Iran yang menolak mengenakan jilbab, demikian dikutip Home Treasury.
Baca Juga:
Miliki Rudal Baru yang Lebih Mematikan, Teheran Tegaskan Kesiapan Perang
Polisi moral berpatroli di jalan-jalan dengan mandat memasuki area publik untuk memeriksa penerapan hukum jilbab dan persyaratan Islam lain.
Iran telah mendikte cara berpakaian perempuan jauh sebelum Republik Islam ini berdiri.
Pada 1936, pemimpin Iran saat itu, Reza Shah, justru berpandangan moderat dan pro-Barat. Ia bahkan melarang pemakaian cadar dan jilbab di Iran sebagai upaya memodernisasi negara.