WahanaNews.co, Jakarta - Secara terang-terangan, Kepala intelijen Rusia menuding Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Ukraina berada di balik serangan maut Moskow.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) Alexander Bortnikov dalam sebuah wawancara dengan jurnalis pro-Kremlin Pavel Zarubin, dimuat Selasa (26/3/2024) waktu setempat.
Baca Juga:
Akhiri Perang Presiden Ukraina Zelensky Bakal Ajukan Damai dengan Rusia
Mengutip CNBC International, AS, Inggris dan Ukraina bertanggung jawab atas serangan itu. Ia mengklaim bahwa serangan "bermanfaat" bagi badan intelijen Barat dan Ukraina untuk mengganggu stabilitas Rusia.
"Kami percaya bahwa tindakan tersebut dipersiapkan oleh kelompok Islam radikal sendiri, dan tentu saja badan intelijen Barat berkontribusi terhadap hal ini, dan badan intelijen Ukraina sendiri terkait langsung dengan hal ini," ujar Bortnikov, lapor RIA Novosti, dikutip Rabu (27/3/2024).
"Para bandit itu bermaksud pergi ke luar negeri. Tepatnya ke wilayah Ukraina. Menurut informasi operasional awal kami, mereka diperkirakan berada di sana," katanya lagi.
Baca Juga:
Diberondong Peluru, PM Slovakia Berstatus 'Warga' NATO tapi Akrab dengan Rusia
Melansir CNBC Indonesia, hal ini menambah kuat pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin Senin malam. Berbicara dengan penegak hukum dan pejabat regional, Putin berpendapat bahwa kekejaman tersebut sesuai dengan pola tindakan yang dilakukan Kyiv.
"Kekejaman ini mungkin hanya merupakan bagian dari serangkaian upaya yang dilakukan oleh mereka yang telah memerangi negara kita sejak tahun 2014, dengan menggunakan rezim neo-Nazi Kiev sebagai tangan mereka," kata Putin, seperti dikutip RT.
"Dan Nazi, seperti diketahui, tidak pernah ragu menggunakan cara paling kotor dan tidak manusiawi untuk mencapai tujuan mereka," tambahnya.
Sebelumnya, hampir 140 orang meninggal di gedung konser Balai Kota Crocus pada hari Jumat. Kejadian itu terjadi ketika sekelompok orang bersenjata memasuki tempat tersebut, melepaskan tembakan, dan membakar gedung tersebut.
ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, Rusia segera mengaitkan Ukraina dengan peristiwa tragis ini.
Pernyataan ISIS sebagai pelaku di balik serangan di Moskow ini didukung oleh AS. Gedung Putih menyatakan bahwa klaim Rusia mengenai keterlibatan Ukraina dianggap sebagai 'propaganda'.
Menurut informasi dari pihak berwenang Rusia, para pelaku serangan mengklaim bahwa mereka telah dibayar sebesar 500.000 rubel (sekitar Rp 85 juta) untuk melaksanakan serangan tersebut.
Sebagian pembayaran sudah ditransfer ke rekening mereka, meskipun sebagian lainnya masih tertunda.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]