Namun di balik kesuksesan ini, beredar spekulasi bahwa proyek J-10 mendapat "bantuan teknis" dari pihak yang tak terduga: Israel, negara sekutu dekat Amerika Serikat. Meskipun tidak pernah diakui secara resmi, sejumlah laporan menyebut keterlibatan Israel Aerospace Industries (IAI) dalam tahap awal pengembangan J-10 bersama Chengdu Aircraft Corporation (CAC).
Menurut berbagai sumber, desain dan sistem J-10 memiliki kemiripan mencolok dengan jet tempur Israel, LAVI, yang dikembangkan pada 1980-an dengan dana serta teknologi dari AS. LAVI dirancang sebagai pesaing jet F-16 “Fighting Falcon”, tetapi proyek itu dibatalkan karena kekhawatiran AS akan kompetisi di pasar global.
Baca Juga:
JF-17 dan HQ-9 Beraksi di Medan Tempur, China Uji Coba Perangkat Perang Lewat Tangan Pakistan
Berbagai laporan menyebut Israel diam-diam membagikan teknologi avionik, material komposit, hingga sistem kontrol penerbangan dari LAVI kepada China. Bahkan bentuk desain “canard-delta” J-10 sangat menyerupai pesawat LAVI. Kendati demikian, beberapa modifikasi seperti ukuran dan bentuk sayap menjadi pembeda utama.
Kolaborasi Rahasia
Tak hanya di ranah pesawat tempur, kerja sama China-Israel disebut merambah sistem persenjataan. Rudal udara-ke-udara PL-8 yang dikembangkan oleh Xian Aircraft Corporation pada 1989 disebut sebagai hasil reverse-engineering dari rudal Israel Python-3. Rudal ini hingga kini masih menjadi bagian penting dari arsenal udara China.
Baca Juga:
Monster Udara Buatan Prancis Milik India Ini Punya Jangkauan 3.700 Km, Tapi Tetap Rontok!
Tak berhenti di situ, Israel juga diduga mentransfer teknologi radar Doppler E/LM-2035 dan sistem navigasi inersia “Tamam” ke Beijing. Teknologi ini kemudian diterapkan pada pesawat tempur J-8 dan J-10.
Pada dekade 1980-an, sebelum tragedi Tiananmen memicu sanksi dari negara Barat, China sempat menjadi tujuan strategis bagi transfer teknologi militer dari AS dan Eropa.
Namun setelah sanksi diberlakukan, Beijing mulai mencari alternatif dan menemukan Israel sebagai mitra teknologi yang berani.