Selain itu, kerusuhan juga telah mengganggu program
vaksinasi Afrika Selatan yang baru saja mendapatkan momentumnya, kata
Ramaposha.
Kerusuhan diwarnai dengan pembakaran sebuah pusat
perbelanjaan besar di bagian timur negara pada Senin (12/07). Sementara di
Gauteng, penjarahan terjadi di beberapa pusat perbelanjaan, toko, dan
mesin-mesin ATM.
Baca Juga:
Presiden Jokowi Lakukan Kunker 4 Negara di Kawasan Afrika
Di Johannesburg, para pengunjuk rasa memblokir transportasi
seperti bus dan kereta api, dan membarikade jalan di pusat kota, demikian
dilaporkan stasiun televisi eNCA.
Menurut Ramaposha, aksi unjuk rasa ini telah berubah menjadi
"kekerasan bermotif etnik." Seperti diketahui, Zuma adalah anggota
dari kelompok etnis Zulu, sementara Ramaposha adalah bagian dari kelompok
Venda. Kerusuhan juga telah menyebabkan kerugian senilai 100 juta rand (setara
dengan Rp101 miliar), menurut juru bicara pemerintah pada Minggu (11/07).
Baca Juga:
KPK Temukan Keberadaan Buronan e-KTP di Afrika Selatan, Tapi Tak Bisa Tangkap
Zuma dalam jeratan
kasus korupsi
Kerusuhan yang memanas di Afrika Selatan terjadi saat
Pengadilan Tinggi negara pada Senin (12/07) menggelar sidang untuk mendengar
permohonan pihak Zuma guna membatalkan hukuman penjara 15 bulan yang ia terima.
Zuma telah mulai menjalani hukuman pada Kamis (08/07) pekan lalu.
Zuma dijatuhi hukuman karena menentang perintah pengadilan
konstitusi untuk memberikan bukti atas penyelidikan korupsi tingkat tinggi yang
terjadi selama sembilan tahun kepemimpinannya, tepatnya hingga 2018.