WahanaNews.co | Presiden RI, Joko Widodo alias Jokowi, tampak dirangkul dan tertawa bersama Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, saat sesi foto bersama di acara KTT G7 di Shcloss Elmau, Jerman, Senin (27/6/2022).
Dilansir video yang dibagikan YouTube Sekretariat Presiden, kedatangan Presiden Joko Widodo di lokasi KTT G7 di Schloss Elmau itu pun disambut Kanselir Jerman, Olaf Scholz.
Baca Juga:
Presiden Jokowi Sampaikan Dukungan untuk Upaya Perdamaian Ukraina kepada Zelenskyy
Presiden Jokowi selanjutnya melakukan sesi foto bersama.
Presiden Joe Biden tampak mendatangi Jokowi, lalu mereka berbincang akrab dan saling tertawa.
Jokowi berdiri di antara Perdana Menteri Jerman, Olaf Scholz, dan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden.
Baca Juga:
Jokowi Ajak PGII Dukung Pembangunan Infrastruktur Indonesia
Berikutnya, Presiden melakukan sesi pertemuan G7 yang terdiri dari dua sesi.
Pada pertemuan G7 kali ini, Presiden Jokowi juga dijadwalkan melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin negara yang hadir.
Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam KTT G7 kali ini yaitu Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.
KTT G7 ke-48 digelar di Elmau, Jerman, merupakan pertemuan tahunan negara G7 yang beranggotakan Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Perancis.
Indonesia hadir sebagai negara mitra G7 sekaligus Presidensi G20.
Pemimpin dari negara mitra G7 yang hadir yaitu Presiden Argentina, Alberto Fernandez; Perdana Menteri India, Narendra Modi; Presiden Senegal, Macky Sall; dan Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa.
Sementara itu, mengutip media Rusia, TASS, setelah kegiatan di KTT G7 itu, Jokowi dijadwalkan akan bertemu Vladimir Putin pada Kamis (30/6/2022).
Jokowi Fokusi Ancaman Krisis Pangan
Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi mendesak seluruh negara anggota G7 dan G20 bekerjasama mengatasi krisis pangan yang saat ini mengancam negara-negara miskin dan berkembang.
Jokowi melihat kondisi saat ini sudah kritis dan risiko jatuhnya ratusan juta masyarakat ke jurang kelaparan dan kemiskinan ekstrem semakin besar.
“Ada 323 juta orang di 2022 ini, menurut World Food Programme, yang terancam menghadapi kerawanan pangan akut. G7 dan G20 memiliki tanggung jawab besar untuk atasi krisis pangan ini. Mari kita tunaikan tanggung jawab kita, sekarang, dan mulai saat ini,” tegas Jokowi, saat menyampaikan pandangannya pada KTT G7 sesi II dengan topik ketahanan pangan dan kesetaraan gender, yang berlangsung di Elmau, Jerman, Senin (27/6/2022).
Persoalan pangan, papar dia, sangat krusial karena menjadi kebutuhan dasar bagi seluruh umat manusia.
Tindakan cepat dan terukur harus segera dilaksanakan.
Rantai pasok pangan harus segera dipulihkan sebelum situasi semakin mengkhawatirkan.
“Kita harus segera bertindak cepat mencari solusi konkret. Produksi pangan harus ditingkatkan. Rantai pasok pangan dan pupuk global, harus kembali normal,” tegas mantan Wali Kota Solo itu.
Dalam pidatonya, Jokowi menekankan terdapat korelasi yang sangat kuat antara krisis pangan dan perang Rusia-Ukraina.
Dua negara tersebut adalah produsen sekaligus penyuplai gandum utama di dunia.
Selain itu, Rusia juga dikenal sebagai salah satu pemain terbesar dalam industri pupuk global.
Konflik yang melibatkan dua negara tersebut tentu membawa kehancuran terhadap rantai pasok yang selama ini berjalan.
Jokowi mendorong negara-negara G7 melakukan normalisasi ekspor gandum dari Ukraina dan ekspor komoditas pangan dan pupuk dari Rusia.
Ada dua cara yang ditawarkan kepala negara ntuk merealisasikan hal tersebut.
Pertama, membantu memfasilitasi ekspor gandum Ukraina ke negara-negara yang selama ini menjadi pelanggan.
Kedua, mengomunikasikan secara proaktif kepada publik bahwa komoditas pangan dan pupuk dari Rusia tidak terkena sanksi.
“Komunikasi intensif ini perlu sekali dilakukan sehingga tidak terjadi keraguan yang berkepanjangan di publik internasional. Komunikasi intensif ini juga perlu dipertebal dengan komunikasi ke pihak-pihak terkait seperti bank, asuransi, perkapalan dan lainnya,” jelas Jokowi.
Ia berharap seluruh negara anggota G7 memiliki komitmen dan semangat juang yang sama dalam menghadapi masalah besar tersebut.
“Khusus untuk pupuk, jika kita gagal menanganinya, krisis beras yang menyangkut dua miliar manusia terutama di negara berkembang akan terjadi,” ungkap Jokowi. [gun]