Selain itu, pihak berwenang berharap bahwa hari libur ekstra
setiap minggu akan mendorong orang untuk keluar dan berbelanja, sehingga
meningkatkan perekonomian.
Hal ini diharapkan agar kaum muda akan memiliki lebih banyak
waktu untuk bertemu, menikah dan memiliki anak. Pasalnya, Jepang memiliki
masalah terkait memburuknya angka kelahiran, demografi nasional yang semakin
tua dan populasi yang menyusut.
Baca Juga:
Perbaikan Pipanisasi Air di Taput: Hasil Kerja Keras Pj Bupati Mengejutkan
"Pemerintah sangat ingin perubahan sikap ini berakar
pada perusahaan Jepang," Martin Schulz, Kepala Ekonom Kebijakan untuk Unit
Intelijen Pasar Global Fujitsu Ltd mengatakan kepada DW dikutip, Kamis, (24/6).
Pemerintah Jepang baru-baru ini telah mencari sejumlah cara
untuk mengatasi ekonomi nasional yang lesu, tetapi kebijakan fiskal telah
berjalan dengan sendirinya dan bank sentral terbatas pada alat yang masih
dimilikinya.
Sehingga langkah berikutnya adalah mereformasi gaya hidup
dan gaya kerja jutaan orang Jepang.
Baca Juga:
Akibat Diduga Pekerjaan PT SMGP, Pemandian Air Panas dan Air Wudu ke Masjid Sibanggor Julu Keruh
"Selama pandemi, perusahaan telah beralih ke cara
operasi baru dan mereka melihat peningkatan produktivitas secara
bertahap," pungkas Schulz. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.