WAHANANEWS.CO, Jakarta - Tragedi kembali menyelimuti Gaza. Seorang tokoh kemanusiaan yang dihormati, dr. Marwan Al Sultan, gugur akibat serangan udara Israel yang menyasar langsung rumahnya pada Rabu (2/7/2025).
Putrinya, Lubna Al Sultan, menjadi saksi hidup bagaimana rudal menghancurkan hanya satu ruangan: kamar sang ayah.
Baca Juga:
Serangan Pertama Militer Israel ke Hizbullah, Lebanon Timur, Setelah Perang Gaza
"Rudal F-16 menargetkan kamarnya, tempat dia berada, langsung ke arahnya. Semua kamar di rumah itu utuh kecuali kamar dia yang terkena rudal," ujar Lubna dalam kesaksian yang dikutip Saudi Gazette.
Ia menambahkan dengan nada penuh duka, “Ayah saya menjadi martir di sana.”
Selain dr. Al Sultan, istri dan satu anak perempuannya juga turut tewas dalam serangan brutal tersebut. Komunitas internasional, termasuk Indonesia, langsung mengecam aksi kekerasan yang kembali mencoreng kemanusiaan di Jalur Gaza.
Baca Juga:
Israel Luncurkan Serang Udara ke Ibu Kota Suriah sampai Aleppo
Sosok dr. Marwan Al Sultan dikenal luas di kalangan warga Gaza. Ia adalah konsultan kardiologi intervensional yang juga memimpin Rumah Sakit Indonesia, salah satu benteng terakhir layanan medis di tengah agresi Israel. Selama agresi besar pada Oktober 2023, Al Sultan tetap berada di garda terdepan menyelamatkan nyawa warga.
Meski RS Indonesia berulang kali dikepung dan diserang militer Israel, Al Sultan tak pernah mundur.
Begitu pengepungan usai, ia segera kembali ke ruang operasi.
“Dokter Marwan orang Gaza, bukan WNI,” kata Rima, Sekretaris MER-C.
Hal senada ditegaskan Direktur Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha. “Kami turut berduka atas wafatnya dr. Marwan Al Sultan.
Almarhum bukan warga negara Indonesia,” ujarnya.
Namun meski bukan warga Indonesia, dedikasinya terhadap RS Indonesia begitu besar. Ia bekerja sama dengan tim kemanusiaan dari berbagai negara, seperti Inggris, Prancis, Belanda, Belgia, Spanyol, Kanada, dan Maroko.
Menurut MER-C Indonesia, Al Sultan adalah pemimpin yang tak kenal lelah.
Di tengah keterbatasan sumber daya, ia tetap menyediakan layanan medis esensial bagi rakyat Palestina, bahkan ketika nyawanya sendiri terancam setiap saat.
Kini, kehilangan Al Sultan menjadi pukulan besar, bukan hanya bagi Gaza, tapi juga bagi dunia kemanusiaan. Seorang dokter, seorang pejuang, dan seorang martir.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]