Artinya, negara tersebut harus memfokuskan sumber dayanya yang terbatas untuk mencegah serangan.
Dan jika strategi itu gagal, mau tak mau mereka harus mengalahkan invasi dan pendudukan China di Taiwan.
Baca Juga:
KDEI Taipei Sosialisasikan Kebijakan Barang Kiriman dan Bawaan PMI kepada Masyarakat Indonesia di Taiwan
Salah satu pilar inti ODC adalah menjaga kekuatan. Militer Taiwan harus mampu bertahan dari gelombang awal serangan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) terhadap aset-aset dan infrastruktur penting negara itu.
Sejalan dengan strategi itu, Taiwan harus mempertahankan kemampuan untuk melancarkan serangan balik setelah serangan awal PLA.
Pendekatan ini mencakup penanggulangan elektronik (ECCM) seperti sistem komunikasi anti-jamming serta komposisi kekuatan yang berfokus pada mobilitas dan persembunyian. Penjagaan kekuatan menjadi sangat penting.
Baca Juga:
Dandim Hadiri Rapat Paripurna Pelantikan dan Pengucapan Sumpah Anggota DPRD Kabupaten Merangin
Pasalnya, PLA mungkin tidak dapat mengalahkan aset-aset AS di Pasifik secara langsung.
Namun, PLA memiliki sarana untuk menahan dan menunda kedatangan pasukan AS cukup lama untuk menyelesaikan pendudukannya di Taiwan.
Jadi, menurut ODC, adalah tanggung jawab militer Taiwan untuk menahan kekuatan invasi China selama mungkin hingga bantuan datang.